JAKARTA - Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror terlibat baku tembak dengan dua orang terduga teroris kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Amir alias Dance dan Yaman. Kedua orang itu harus meregang nyawa usai timah panas aparat menembus tubuh mereka.
Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Setyo Wasisto menjelaskan kronologi peristiwa tersebut. Pengungkapan adanya terduga teroris di Gunung Mawu Rite perbatasan Kota Bima dengan Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) ini berawal dari adanya laporan masyarakat.
(Baca juga: Polisi Buru 2 Terduga Teroris di Bima yang Melarikan Diri)
Warga merasa curiga lantaran di daerah itu tampak orang tak dikenal (OTK). Mendapati laporan tersebut, pada tanggal 28 Oktober 2017, Densus 88 melakukan observasi di lokasi tersebut.
Selama dua hari melakukan penyisiran, akhirnya pada Senin 30 Oktober 2017 kemarin, aparat menemukan mereka dan langsung terlibat baku tembak. Dalam operasi itu, sebetulnya ada empat orang, namun yang berhasil dilumpuhkan baru dua orang.
Sementara dua orang lainnya yang berhasil melarikan diri, Iqbal dan Nandar. Kini, Densus 88 terus memburu dua orang tersebut. Pasalnya, mereka masih berada disekitaran lokasi itu.
"Peristiwa terjadi 30 oktober 2017, kontak senjata. Dari kontak senjata itu tembak dua orang terduga teroris meninggal dunia," kata Setyo di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (31/10/2017).
(Baca juga: Dua Terduga Teroris Tewas Setelah Baku Tembak dengan Densus 88)
Tak hanya itu, Setyo mengungkapkan bahwa salah satu dari terduga teroris yang meninggal dunia, Amir alias Dance diduga terkait dalam penembakan dua anggota Polres Bima yakni Bripka Jainal dan Bripka Gofur.
Hal itu terbukti, lanjut Setyo dari jenis senjata dan peluru yang ditemukan aparat usai melumpuhkan dua terduga teroris tersebut. Kemudian, kedua teroris ini juga disinyalir merupakan bagian Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso alias Abu Wardah.
Mereka diduga masih menerima intruksi dari sisa anggota jaringan tersebut. Meskipun, pimpinan kelompok itu Santoso sudah berhasil ditembak oleh kepolisian. Saat ini, Setyo menyatakan masih ada tujuh orang yang masih masuk dalam daftar pencarian orang (DPO).
"Setahu saya dari data kelompok Poso ada link (jaringan) kuat dengan Bima. Mereka moving (bergerak) yang masih bertahan tak ada namanya memang, tapi mereka bergerak di Bima menerima perintah," papar Setyo.
Dalam operasi tersebut, polisi berhasil mengamankan dua pucuk senjata rakitan, peluru kaliber 556 sebanyak 20 butir, kaliber 38 ada tujuh butir dan dua butir peluru berkaliber 9 mm.
Lalu, polisi juga menemukan sejumlah peralatan bertahan hidup di hutan, antara lain, baju, jaket, ransel, panci, sendok, alat masak, gunting, cutter, pisau, korek api, ikan asin, mi instan, beras, obat-obatan, minyak goreng, susu kental manis, dan kopi.
(Awaludin)