HONOLULU - Negara bagian Hawaii akhirnya mengadopsi sinyal peringatan serangan nuklir setelah ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara (Korut) terus meningkat. Negara bagian AS itu sedang bersiap untuk memperkenalkan sinyal yang akan memberi tahu penduduknya tentang ancaman serangan nuklir dari Pyongyang.
”Mulai 1 Desember, alat kedua sinyal peringatan serangan akan ditambahkan ke sistem tanggap darurat,” kata Administrator Manajemen Darurat Hawaii, Vern Miyagi.
“Sinyal peringatan serangan tersebut menyarankan setiap orang untuk segera menuju tempat tinggal, masuk ke dalam, tinggal di dalam dan tetap bertahan di sana,” ujarnya, seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (9/11/2017).
Pada hari kerja pertama setiap bulannya, Hawaii melakukan uji coba Sistem Peringatan Darurat (EAS) yang terpasang di seluruh negara bagian dan yang mengingatkan masyarakat akan potensi bencana alam, seperti letusan gunung berapi dan tsunami. Namun, setelah meningkatnya ketegangan baru-baru ini di semenanjung Korea, Hawaii mengumumkan langkah-langkah tambahan untuk memperingatkan masyarakat tentang potensi ancaman nuklir.
(Baca juga: Bahas Rudal Pyongyang, Trump Minta China Putus Hubungan Keuangan dengan Korut)
Pejabat Eksekutif Manajemen Darurat Hawaii Toby Clairmont mengatakan, peringatan baru akan terdengar pada tanggal 1 Desember, mengikuti tes sirene reguler pada pukul 11.45 waktu setempat.
Hawaii mau tidak mau harus bersiap diri menghadapi potensi serangan nuklir Pyongyang karena wilayah itu menjadi rumah bagi Armada Pasifik AS.
Otoritas setempat memperkirakan bahwa ledakan bom berkapasitas 150 kiloton secara hipotetis akan menyebabkan sekitar 18.000 korban tewas dan korban luka antara 50.000 sampai 120.000 orang.
Ketakutan akan “skenario kiamat” akibat serangan nuklir dipicu oleh tes senjata nuklir jenis bom hidrogen Korut pada awal September 2017 lalu. Bom berbahaya itu berpotensi dipasang di rudal balistik antar-benua (ICBM) yang bisa menjangkau Hawaii.
”Seberapa besar korban (dari skenario serangan Korea Utara), kami berbicara tentang kemungkinan 10 persen,” kata Miyagi dalam sebuah presentasi.
Wilayah AS lain yang berpotensi diserang militer rezim Kim Jong-un adalah Guam dan Alaska, karena relatif lebih dekat ketimbang wilayah AS yang lain.
(Qur'anul Hidayat)