BANGUI - Tujuh orang tewas dan sekira 20 orang lainnya luka-luka dalam serangkaian serangan yang sebelumnya terjadi di sebuah konser perdamaian dan kekerasan di ibu kota Republik Afrika Tengah, Bangui, pada Sabtu dan Minggu. Hal tersebut disampaikan oleh pejabat pemerintah dan penduduk kota.
Kota tepi sungai tersebut telah menjadi titik kekerasan antaragama yang meletus antara Muslim dan Kristen pada 2013 dan sejak saat itu juga melanda sebagian besar negara miskin yang terkurung daratan itu.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Henri Wanzet Linguissara yang menceritakan kronologi peristiwa tersebut mengatakan, awalnya ada dua orang berboncengan sepeda motor mendekati para peserta konser yang diselenggarakan Sabtu 11 november malam waktu setempat. Tak disangka-sangka kedua orang tersebut melemparkan granat ke kerumunan.
"Mengikuti tindakan keji ini, kami menyampaikan bahwa empat korban tewas dan 20 lainnya terluka, termasuk empat orang yang dalam kondisi serius dan telah dibawa ke ruang operasi," kata Mendagri Linguissara, dinukil dari Reuters, Senin (13/11/2017).
Namun setelah lemparan granat tersebut, sebuah tembakan senjata berat terkonsentrasi di dalam dan sekitar lingkungan PK5 Bangui, sebuah daerah Muslim di kota mayoritas Kristen. Akses ke PK5 pun akhirnya diblokir.