VATIKAN - Paus Fransiskus ikut ambil suara terkait keputusan Amerika Serikat (AS) untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Ia menyerukan ‘status quo’ yang disandang kota tersebut untuk dihormati serta mengatakan bahwa ketegangan baru di Timur Tengah akan kembali mengobarkan konflik dunia.
Keputusan AS untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan Kedutaan Besar AS ke kota kuno tersebut adalah sebuah keputusan yang meningkatkan beberapa dasawarsa kebijakan AS dan risiko yang memicu kekerasan lebih lanjut di Timur Tengah.
BACA JUGA: Trump Belum Memutuskan untuk Akui Yerusalem Sebagai Ibu Kota Israel
Dalam sebuah seruan pada akhir audiensi umum mingguannya, Paus Fransiskus meminta semua orang untuk menghormati resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di kota suci tiga agama tersebut.
"Saya membuat sebuah permohonan yang tulus sehingga semua berkomitmen untuk menghormati status quo kota (Yerusalem), sesuai dengan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bersangkutan," katanya, dilansir dari Reuters, Rabu (6/12/2017).
BACA JUGA: Raja Maroko dan Presiden Palestina Bahas Pemindahan Kedubes AS ke Yerusalem
"Saya tidak dapat diam tentang kekhawatiran mendalam saya tentang situasi yang telah diciptakan dalam beberapa hari terakhir ini," ungkap Paus Fransiskus kepada ribuan orang di khalayak umumnya.
Selain itu, pemimpin umat Katolik sedunia tersebut juga berharap kebijaksanaan dan kehati-hatian untuk menghindari unsur ketegangan baru ke panorama global yang sudah tersesat dan ditandai oleh begitu banyak konflik yang kejam.
Sebelum membuat komentar publiknya, Paus Fransiskus bertemu secara pribadi dengan sekelompok orang Palestina yang terlibat dalam dialog antaragama dengan Vatikan. Selain itu, sebelumnya Paus Fransiskus juga sempat berbicara melalui sambungan telefon dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas tentang krisis tersebut.
BACA JUGA: Pengamat: AS Pindahkan Kedubes ke Yerusalem, Negara-Negara Sahabat Wajib Waspada
"Tanah Suci adalah untuk kita orang-orang Kristen yang memiliki kesamaan dialog antara Tuhan dan umat manusia," katanya dan menegaskan ia berbicara tentang dialog antaragama dan masyarakat sipil.
"Kondisi utama dialog itu adalah penghormatan timbal balik dan komitmen untuk memperkuat rasa hormat tersebut, demi mengenali hak semua orang, di mana pun mereka berada," tukas Paus kepada kelompok tersebut.
(pai)
(Rifa Nadia Nurfuadah)