ANKARA – Presiden Turki Tayyip Erdogan mendesak Amerika Serikat (AS) dan komunitas internasional bertindak lebih keras agar Israel berhenti melanggar kesepakatan gencatan senjata di Gaza. Tindakan yang diusulkan termasuk kemungkinan penggunaan sanksi atau penghentian penjualan senjata.
Turki, yang merupakan anggota NATO dan salah satu kritikus paling vokal terhadap serangan Israel di Gaza, telah meningkatkan perannya dalam perundingan gencatan senjata sebagai mediator setelah sebelumnya terlibat secara tidak langsung. Peningkatan peran ini menyusul pertemuan antara Erdogan dan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih bulan lalu.
"Kami melakukan yang terbaik agar gencatan senjata dapat diamankan. Pihak Hamas mematuhi gencatan senjata. Bahkan, mereka secara terbuka menyatakan komitmennya terhadap hal ini. Sementara Israel terus melanggar gencatan senjata," ujar Erdogan, seperti dilansir Reuters, Sabtu (25/10/2025).
Menurut Erdogan, komunitas internasional, terutama AS, harus berbuat lebih banyak untuk memastikan Israel mematuhi sepenuhnya gencatan senjata dan kesepakatan yang ada.
"Israel harus dipaksa untuk menepati janjinya melalui sanksi dan penghentian penjualan senjata," tegasnya.
Turki sebelumnya menyatakan akan bergabung dalam "gugus tugas" untuk mengawasi implementasi gencatan senjata. Bahkan angkatan bersenjata Turki dapat bertugas dalam kapasitas militer atau sipil sesuai kebutuhan.
Merasa terancam, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengisyaratkan akan menentang peran apa pun yang melibatkan pasukan keamanan Turki di Jalur Gaza.
(Fetra Hariandja)