Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Menlu Rusia: Korut Ingin Berunding Langsung dengan AS

Wikanto Arungbudoyo , Jurnalis-Jum'at, 08 Desember 2017 |12:08 WIB
Menlu Rusia: Korut Ingin Berunding Langsung dengan AS
Menlu Rusia Sergey Lavrov (kanan) bertemu dengan Menlu AS Rex Tillerson di Wina, Austria (Foto: Ronald Zak/Reuters)
A
A
A

WINA – Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan bahwa Korea Utara (Korut) menginginkan perbincangan langsung dengan Amerika Serikat (AS). Pyongyang, menurut Lavrov, sedang berupaya mencari jaminan akan keamanannya dari Washington.

Lavrov mengaku sudah menyampaikan keinginan Korut akan perbincangan langsung tersebut kepada Menlu AS, Rex Tillerson. Kedua menteri tersebut diketahui bertemu di sela-sela sebuah konferensi di Wina, Austria, pada Kamis 7 Desember.

“Kita tahu bahwa di atas semuanya, Korut ingin berbicara dengan AS mengenai jaminan keamanan. Kami siap mendukungnya dan mengambil bagian sebagai fasilitator negosiasi,” ucap Sergei Lavrov, melansir dari Reuters, Jumat (8/12/2017).

“Kolega Amerika kami, Rex Tillerson, sudah mendengarnya,” sambung pria berkacamata itu.

Pernyataan tersebut tentu saja merupakan angin segar untuk menangani isu program nuklir dan rudal balistik Korea Utara. Sebagaimana diberitakan, AS mensyaratkan agar Korut terlebih dahulu melucuti senjatanya untuk dapat kembali ke meja perundingan sementara Pyongyang ingin agar negosiasi tidak menyertakan isu nuklir.

Amerika Serikat sendiri berulang kali menyatakan ingin isu Korea Utara diselesaikan lewat jalur diplomatik, yakni perundingan. Meski demikian, semua opsi sudah tersedia di meja termasuk agresi militer apabila Korea Utara tidak kunjung mau mengurangi persenjataan nuklir mereka.

Perundingan terkait nuklir Korut mengalami kebuntuan pada 2008. Negosiasi yang melibatkan enam negara itu, Korea Selatan (Korsel); AS; China; Jepang; Korut; dan Rusia; sempat terjadi antara 2001-2007. Namun, ketika Korut sudah sepakat menutup fasilitas nuklir dengan imbalan bantuan bahan bakar serta normalisasi hubungan, perundingan tersebut justru batal.

Negara serba tertutup itu marah besar setelah Presiden Dewan Keamanan PBB menerbitkan pernyataan pada 13 April 2009 yang mengecam peluncuran satelit Korut. DPRK (nama resmi Korut) mendeklarasikan untuk menarik diri dari format enam negara pada 14 April 2009 dan melanjutkan kembali program nuklir.

(Wikanto Arungbudoyo)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement