Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

5 Titik Penting Yerusalem, Kota Suci yang Diperebutkan Israel-Palestina

Wikanto Arungbudoyo , Jurnalis-Minggu, 10 Desember 2017 |07:07 WIB
5 Titik Penting Yerusalem, Kota Suci yang Diperebutkan Israel-Palestina
Yerusalem. (Foto: Wikipedia)
A
A
A

Resolusi 181 dan Perang Arab-Israel 1948

Tensi antara Arab dengan Israel semakin memanas setelah dikeluarkannya Deklarasi Balfour. Konflik-konflik kecil sempat terjadi seperti halnya revolusi Arab 1936-1939 di Palestina dan pemberontakan Yahudi di Palestina pada 1944-1947.

Dua konflik tersebut memicu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan Rencana Pemisahan untuk Palestina, atau yang dikenal resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB 181, dengan membagi wilayah ke dalam tiga bagian, yakni negara Arab, negara Yahudi, dan Rezim Internasional Khusus untuk Yerusalem dan Betlehem pada 29 November 1947. Resolusi ini kelak menjadi dasar dari two-state solution atau solusi dua negara.

Kaum Yahudi menerima dengan lapang dada resolusi 181 tersebut. Akan tetapi, Palestina dan negara-negara Arab menolak patuh pada resolusi tersebut karena mereka menentang kehadiran negara Yahudi yang merdeka di wilayah tersebut.

Pada 14 Mei 1948, Israel menyatakan kemerdekaannya. Sehari kemudian, benih-benih perang muncul di internal Israel antara Yahudi dengan Arab. Ditambah dengan invasi Mesir, Yordania, Suriah, dan Irak, perang akhirnya pecah selama 10 bulan ke depan yang kemudian diakhiri dengan Perjanjian Gencatan Senjata 1949.

Hasil dari perang tersebut adalah negara Israel mengontrol semua area seperti tertuang dalam resolusi 181, yakni seluruh bagian yang dikategorikan Negara Yahudi sekaligus 60% area negara Arab. Dampak paling parah yakni sekira 700 ribu suku Arab Palestina terpaksa melarikan diri atau terusir dari rumahnya di area-area yang dikuasai oleh Israel.

Perang Enam Hari 1967

Hubungan antara Israel dengan negara-negara tetangganya tidak pernah kembali normal sejak dekade 1950. Israel lantas menginvasi wilayah Sinai di Mesir dengan tujuan pembukaan kembali Selat Tiran yang ditutup Mesir (saat itu masih bernama Republik Arab Bersatu) sejak 1950 untuk aktivitas perkapalan dari dan menuju negara Yahudi.

Demi mengakhiri konflik, Israel lantas menarik diri. Akan tetapi, beberapa bulan menjelang Juni 1967, Israel lagi-lagi menginvasi Sinai. Mesir kemudian kembali memobilisasi pasukan ke perbatasan dengan Israel. Pada 5 Juni, tindakan Israel melancarkan serangan ke Mesir menandai awal perang enam hari.

Pada 11 Juni 1967, kesepakatan gencatan senjata ditandatangani. Namun, Israel kembali berlaku semena-mena dengan mengambil alih Jalur Gaza dan Semenanjung Sinai dari tangan Mesir, Tepi Barat dan Yerusalem Timur dari Yordania, serta Dataran Tinggi Golan dari Suriah.

Aksi semena-mena itu di kemudian hari dikenal dengan istilah ‘perbatasan sebelum 1967’. Hal tersebut merujuk pada resolusi 181 yang membagi wilayah menjadi tiga. Pemisahan tersebut kemudian menjadi dasar solusi dua negara yang hingga saat ini terus diupayakan terjadi.

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement