JAKARTA – Semakin berkembangnya wabah difteri yang menjakit masyarakat, terutama anak-anak menimbulkan keresahan. Bahkan penyakit yang menyerang selaput hidung dan tenggorokan tersebut kini telah ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) di Ibu Kota.
Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kemenkes, Elizabeth Jane Soepardi menuturkan, wabah difteri sudah muncul sejak dulu. Dia menyebutkan, sejak generasi orang tua dulu tahu bahwa penyakit difteri itu sangat berbahaya dan ditakuti.
"Dulu waktu generasi masih orang tua kita kasus difteri itu banyak sekali dan mereka takut.Mereka tahu bahwa itu karena kalau orang difteri itu kadang harus dilubangi tenggorokannya dimasukkan selang oksigen," kata Elizabeth saat menghadiri diskusi Redbons bertajuk “Wabah Difteri, Dampak, dan Antisipasinya” di Kantor Redaksi Okezone, Kebon Sirih, Jakarta, Selasa, (12/12/2017).
Kemudian kata Elizabeth, untuk menanggulangi wabah tersebut, saat itu pemerintah memberikan vaksin, sehingga kasus difteri hilang dan banyak orang tidak mengenal wabah difteri.
(Baca Juga: Soal Wabah Difteri, DPR: Imunisasi Dasar Lengkap Tak Pernah sampai 100%)
"Data di tahun 2005 data di seluruh Indonesia, hanya dua puluhan orang yang terkena difteri, sehingga orang tidak mengenal lagi kasus ini. Mereka lupa difterinya itu bisa lenyap karena vaksinasi orang sudah lupa," terangnya.
Menurutnya, kebanyakan masyarakat lupa akan pentingnya imunisasi sehingga saat ini banyak yang terkena penyakit menular itu.
(Baca Juga: Sejak 2013, Kubu Raya Kalbar Sudah 2 Kali KLB Difteri)
"Inilah yang terjadi sekarang banyak kelompok yang tidak mau imunisasi dengan alasan memang anti, tidak peduli atau memang sibuk sehingga lupa imunisasikan anaknya. Sehingga munculah kelompok-kelompok yang tidak kebal tubuhnya," papar Elizabeth.
(Baca Juga: 4 Orang Meninggal Akibat Terkena Penyakit Difteri di Tangerang)
Padahal, ia menambahkan, untuk mengantisipasi penyakit tersebut hanya bisa dilakukan oleh vaksinasi. Namun saat ini virus tersebut sudah menumpuk sehingga bakteri yang hanya bisa hidup di manusia itu bisa berpindah tempat.
"Untuk mencegah itu satu-satunya hanya imunisasi tidak ada cara lain dan itu sudah disediakan oleh pemerintah. Yang terjadi sekarang sudah bertumpuk anak-anak yang difteri sudah menumpuk," tukasnya.
(Erha Aprili Ramadhoni)