Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Hindari Kepunahan, Tiga Burung Langka Dilepasliarkan

Arsan Mailanto , Jurnalis-Kamis, 21 Desember 2017 |13:08 WIB
Hindari Kepunahan, Tiga Burung Langka Dilepasliarkan
Tiga burung langka dilepasliarkan (Foto: Arsan/Okezone)
A
A
A

PANGKALPINANG - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan Wilayah Bangka bersama Animal Lovers Bangka Island (Alobi) dan Generasi Pemuda Pecinta Alam (Gempa) 01 Desa Kurau melepas tiga jenis burung langka ke kawasan konservasi Hutan Wisata Mangrove Kurau, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung.

Ketiga jenis burung langka tersebut, yakni burung elang bondol, bangau, dan beo. Hutan Bakau ini sengaja dipilih lantaran aman dari perburuan liar dan biasa melindungi hewan langka tersebut.

Menuju lokasi pelepasan, tim harus menempuh waktu sekira 30 menit, dengan mengarungi sungai yang membelah Hutan Mangrove menggunakan perahu cepat milik warga setempat.

Kepala BKSDA Bangka Belitung, Dedi Susanto mengatakan burung langka yang dilepas itu merupakan hasil penyerahan masyarakat secara sukarela melalui Alobi, ada tiga jenis burung satwa liar yang dilepas seperti elang bondol, bangau dan beo.

“Kami BKSDA Sumsel wilayah Bangka, Alobi bersama Gempa Desa Kurau melepaskan beberapa jenis burung satwa liar, yaitu burung elang bondol, bangau dan beo. Burung ini hasil penyerahan dari masyarakat di pulau Bangka, dengan tulus menyerahkan melalui Alobi," ujarnya kepada awak media disela pelepasan satwa liar di Hutan Mangrove, Desa Kurau, Kabupaten Bangka Tengah, Kamis (21/12/2017).

"Alobi meminta kami dari BKSDA dan Gempa untuk melepas ke kawasan konservasi ini. Kami harap masyarakat Bangka lebih sadar melestarikan satwa untuk kita semua," imbuh Dedi.

Ketua Alobi, Lanka Sani menyebut, jika semua satwa yang diserahkan masyarakat ke Alobi, selalu dikoordinasikan dengan BKSDA selaku instansi vertikal yang menaungi perihal konservasi .

“Alhamdulillah, jenis elang bondol di kandang rehabilitasi Alobi sudah 1 tahun lebih, beo 6 bulan di rehabilitasi, bangau baru kami lepas. Kita lihat bahwa hutan bakau yang dikelola oleh Gempa, hutan bakau habitat yang asri. Jadi kami harap masyarakat Babel yang berkunjung ke sini untuk menjaga usaha melestarikan,” harapnya.

Sejauh ini, Lanka menyampaikan, bahwa Alobi bersama BKSDA telah melepas banyak jenis satwa liar, terdiri 387 ekor mamalia dan 1.700 lebih burung ke habitatnya.

“Karantina di Alobi juga masih banyak, jika siap kita akan hubungi BKSDA untuk dilepas kembali. Imbauan kepada masyarakat Babel, kita tidak bisa menutup mata kalau alam di Babel sudah rusak akibat tambang timah ilegal dan perambah hutan, menurunnya habitat satwa di Babel karena kerusakan lingkungan. Dengan kerusakan alam itu, kami minta jangan ada lagi pemburuan oleh manusia," tegasnya.

Kesempatan yang sama, Ketua Generasi Pemuda Pecinta Alam (Gempa) 01, Yasir mengungkapkan total areal kawasan hutan wisata mangrove Desa Kurau, yang dikelola pihaknya itu seluas 213 hektar. Selama ini kawasan tersebut telah menjadi “hunian” bagi banyak satwa langka.

"Kami siap menerima segala jenis burung apalagi yang berasal dari habitat hutan mangrove, elang bondol dan beo ini sudah sangat langka. Jadi kami berterimakasih dengan teman-teman dari BKSDA dan Alobi,” tandasnya.

(Angkasa Yudhistira)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement