ISTANBUL - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan bahwa Amerika Serikat (AS) tak dapat “membeli” suaranya untuk mendukung AS terkait Yerusalem pada sesi darurat Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pada awal Desember, Pemerintah AS mengakui bahwa Yerusalem adalah ibu kota Israel.
Saat berbicara pada upacara rutin di Ankara, Turki, Presiden Erdogan mengatakan bahwa AS harus mendapatkan “pelajaran yang baik” dari dunia dengan tidak mendukung keputusan Negeri Paman Sam yang dianggap sepihak dan arogan. Presiden Erdogan mengatakan hal tersebut sebagai tanggapannya atas ancaman AS yang mengatakan bahwa akan memberhentikan bantuan dananya terhadap negara yang menolak keputusannya untuk Yerusalem.
BACA JUGA: AS Ancam Catat Nama Anggota PBB Pendukung Resolusi Yerusalem
Erdogan juga menambahkan bahwa anggota parlemen PBB seharusnya tidak membiarkan keputusan mereka dalam pemungutan suara pada Majelis Umum PBB dapat didikte oleh uang.
“Tuan Trump, Anda tidak bisa membeli kehendak demokratis Turki dengan dolar Anda. Dolar dapat kembali, tapi kemauanmu tidak akan pernah terjual. Itulah mengapa sikap Anda penting," ungkap Erdogan, dilansir dari Reuters, Jumat (22/12/2017).
Pekan lalu Erdogan menyelenggarakan sebuah pertemuan khusus Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang mengecam keputusan Pemerintah AS dan meminta dunia untuk menanggapinya dengan mengakui Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina.
"Saya berharap dan terus berharap Amerika Serikat tidak akan mendapatkan hasil yang diharapkan dari sana dan dunia akan memberikan pelajaran yang sangat bagus untuk Amerika Serikat," kata Erdogan.
BACA JUGA: Kuwait Akan Terus Kawal Permasalahan Diakuinya Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel
Yerusalem, yang menjadi kota suci bagi Yahudi, Kristen, dan Islam, telah menjadi jantung konflik Israel-Palestina selama beberapa dekade. Israel merebut Yerusalem Timur Arab pada 1967 dan mencaploknya dalam sebuah tindakan yang tidak diakui secara internasional. Pengakuan AS atas Yerusalem pun menyebabkan kritik keras dari negara-negara Islam dan sekutu terdekat Israel, yang juga menolak langkah tersebut.
Sebuah rancangan resolusi yang menyerukan penarikan keputusan AS diveto di Dewan Keamanan PBB oleh AS. Setelah pemilihan tersebut, penentang keputusan AS meminta pemungutan suara di Majelis Umum. Selain itu, Duta Besar (Dubes) AS untuk PBB, Nikki Haley, juga mengingatkan sejumlah negara, termasuk delegasi Eropa, bahwa dirinya akan melapor kepada Presiden Trump nama-nama negara yang mendukung draf resolusi PBB terkait Yerusalem.
(pai)
(Rifa Nadia Nurfuadah)