Sebagian warga percaya bahwa jasad di balik makam itu orang yang memiliki pancasona, ilmu kebal yang tumbuh di tanah Jawa. Orang yang memiliki ilmu itu jika terluka akan sembuh seketika. Pemilik ajian ini bisa mati hanya jika ia tidak menyentuh tanah.
Orang sakti itu kemudian bertarung dengan Kiai Pekih, yang konon adalah tokoh masyarakat yang hidup di lingkungan yang sama. Karena dianggap meresahkan, Kiai Pekih kemudian bertarung dengan orang sakti pemilik ajian pancasona itu.
Karena mengetahui kelemahannya, Kyai Pekih mengalahkan orang sakti itu dengan menggantungnya di sebuah pohon besar. Warga yang melihat hal tersebut kemudian menyebut sosok yang tergantung itu sebagai Ragasemangsang.
Dalam bahasa Jawa, Raga artinya tubuh atau jiwa, sedangkan semangsang artinya menyangkut atau menyangsang.
"Menurut cerita orang sini, karena kesaktiannya itu dan takut terjadi apa-apa, tempat Ragasemangsang mati tidak diapa-apakan dan dibuat makamnya," ujar Karto.
Sedangkan makam Kiai Pekih ada di gang sebelah barat pendopo Bupati Banyumas. Seolah kedua makam itu menjadi pengingat tentang kebajikan melawan kejahatan di pusat kota yang dijuluki Kota Satria itu.