WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald John Trump, mengaku ditelefon oleh perwakilan dari Korea Utara (Korut) yang menginginkan adanya dialog. Namun, seperti biasa, Trump meminta agar Korea Utara terlebih dahulu melucuti senjata nuklirnya jika ingin melakukan perbincangan.
“Kita saat ini sedang berbicara dan, omong-omong, mereka menelefon beberapa hari lalu. Mereka mengatakan ingin berbicara. Dan saya katakan, ‘Ayo, tapi Anda harus hentikan nuklir dulu,’” ujar Presiden Donald Trump dalam sebuah acara makan malam di Washington, dinukil dari Reuters, Minggu (4/3/2018).
BACA JUGA: Wow! Trump Ingin Bertemu Empat Mata dengan Kim Jong-un
Belum diketahui dengan pasti apakah pernyataan orang nomor satu di Negeri Paman Sam itu adalah sebuah candaan atau memang serius. Akan tetapi, Trump menambahkan dirinya tidak pernah ingin mengesampingkan kemungkinan bertemu langsung dengan Pemimpin Tertinggi Kim Jong-un.
“Saya tidak akan mengesampingkan perundingan langsung dengan Kim Jong-un. Tidak akan. Selama risiko bertatap muka dengan seorang gila adalah kekhawatiran, itu berarti masalah dia, bukan saya,” imbuh pria asal New York itu dengan nada bercanda.
Keinginan untuk bertemu itu sudah pernah diutarakan Trump saat menyambangi Jepang dalam rangka tur Asia pada November 2017. Ia saat itu mengatakan siap untuk duduk dalam satu meja dengan siapa pun, termasuk Kim Jong-un. Sebelumnya, Trump juga memuji Jong-un sebagai orang yang cerdas.
BACA JUGA: Presiden Korsel Utus Kepala Intelijen ke Korut
Pernyataan Presiden Donald Trump disampaikan hampir bertepatan dengan pengumuman dari Presiden Korea Selatan Moon Jae-in bahwa dirinya akan mengutus dua pejabat senior ke Pyongyang, Korea Utara. Keduanya diberi tugas untuk meredakan ketegangan di Semenanjung Korea sekaligus merintis upaya dialog antara Korea Utara dengan Amerika Serikat (AS).
Kepala Intelijen Nasional, Suh Hoon, dan Kepala Keamanan Nasional, Chung Eui-yong, dijadwalkan berkunjung selama dua hari ke Pyongyang pada Senin 5 Maret. Usai berkunjung ke Pyongyang, kedua utusan khusus itu akan terbang ke Amerika Serikat guna memberi tahu hasil dari diskusi tersebut.
(Wikanto Arungbudoyo)