Pada awalnya, Karolin mengaku tertarik terjun ke dunia politik ketika masih aktif kuliah. Ia pun harus cuti 6 bulan lantaran ingin ikut kampanye sang ayah dalam pemilihan Gubernur Kalbar pada 2008, waktu itu ia dipercaya sang ayah untuk menjadi juru kampanye (Jurkam) Cagub Cornelis. Saat kampanye dan blusukan ia sudah terlihat aktif dan memainkan perannya untuk memenangkan sang ayah. Berangkat dari situ, setahun kemudian Karolin memberanikan maju di pemilihan legislatif periode 2009-2014 dari PDIP.
Dengan segudang prestasi, setelah berhasil memenangkan pemilihan Bupati Landak, PDIP kembali mempercayai Karolin untuk pulang kampung memimpin rakyat yang lebih besar lagi, yakni Kalimantan Barat. “Ini adalah tugas dari partai, Ibu Megawati menunjuk saya dengan beragam pertimbangan dan juga berdasarkan hasil survei. Jadi bukan karena desakan ayah saya, atau orang sebut politik dinasti, bukan itu,” tegasnya.
“Saya memang dites oleh Ibu Megawati, dimulai dari anggota DPR RI, terus disuruh belajar lagi saat sekarang menjabat Bupati Landak, dan sekarang dipercaya untuk ikut bertarung di Pilgub Kalbar melanjutkan pembangunan yang telah dilakukan Pak Cornelis. Ini kesempatan baik dalam upaya bersama-sama membangun negeri ini, khusus di Kalbar,” terang Karolin.
(Baca juga: Pembangunan Perbatasan dan Pedalaman Kalbar Akan Jadi Fokus Utama Cagub Karolin)
Menurutnya, ini bukanlah proses yang instan, akan tetapi sudah melalui proses yang Panjang. Terebih Karolin dianggap partai mampu memimpin Kalbar ke depan. Jadi bukan karena politik dinasti atau keserakahan untuk memimpin Kalbar.
Ia pun menyadari masih banyak yang belum terselesaikan di Kalbar, dan harus diteruskan. Karena itulah Gubernur baru Kalbar nanti akan menghadapi tugas berat, yakni melanjutkan pembangunan infrastruktur dan SDM di pedalaman.
Sementara itu, di tengah kesibukannya dimasa kampanye dan menjadi seorang pejabat, Karolin tetaplah seorang ibu dari dua anak, dan istri yang memiliki suami juga seorang dokter. Bahkan di
tengah kampanye, anak keduanya sakit, dan ia pun memutuskan kembali ke rumah. Di hari yang sama, dia harus kembali lagi ke lokasi, setelah memastikan anaknya dalam kondisi baik.
Meski diakuinya di masa kampanye sangatlah sulit mengatur waktu untuk anak dan keluarga. Akan tetapi, dengan komunikasi yang lancar, memuat ia tenang meski jauh dari keluarga. “Hampir setiap jam saya upayakan bisa menghubugi anak saya, walau hanya sekedar say hello saja, tapi itu sudah sangat berarti sekali,” pungkasnya.
(Amril Amarullah (Okezone))