Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Inilah Para Elit "Lingkaran Sembilan" yang Dibawa Kim Jong-un ke Korea Selatan

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Jum'at, 27 April 2018 |17:01 WIB
Inilah Para Elit
Foto: Reuters
A
A
A

KIM Jong-un dilaporkan membawa serta sekelompok politisi elite, orang kepercayaan, dan penasehatnya untuk melintasi perbatasan masuk ke Korea Selatan.

Pertemuan puncak kedua Korea yang ketiga sejak berakhirnya Perang Korea tahun 1953 lalu -setelah tahun 2000 dan 2007- berlangsung di wilayah Selatan dalam zona demiliterisasi di perbatasan kedua negara.

Pertemuan Kim Jong-un dengan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, juga menjadi pendahulu bagi pertemuan Kim dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang belum ditentukan waktu maupun tempatnya.

Korea Selatan mengatakan belum pernah menyambut begitu banyak delegasi penting dari Pyongyang seperti sekarang untuk pertemuan puncak ketiga pada Jumat ini.

Tapi siapa saja yang para elit anggota 'Lingkaran Sembilan' yang dibawa Kim Jong-un itu?

Kim Yo-jong - saudara yang semakin berpengaruh

Saat kunjungan itu, Kim Yo-jong disebut sebagai anggota keluarga dinasti Kim pertama yang melawat ke Korsel sejak perang Korea berakhir tahun 1953 dengan kesepakatan gencatan senjata.

Dia tetap masuk dalam daftar yang mendapat sanksi oleh pemerintah Amerika Serikat terkait dengan pelanggaran hak asasi manusia di Korut namun disambut baik di Korsel serta bertemu dengan presiden serta pejabat tinggi Korsel.

Perempuan ini menjadi wajah yang tersenyum dari kepemimpinan Korut saat Olimpiade dan media Korsel mengamati gerak-geriknya maupun busananya, termasuk berspekulasi bahwa dia sedang hamil.

Bagaimana pengaruhnya tidak bisa diabaikan dan para pengamat memperkirakan banyak keputusan kejam Kim yang kemungkinan diambil bersama dengan adik perempuannya ini.

Kim Yong-nam - yang selamat dari pembersihan


Pria berusia yang 90 tahun ini menyaksikan kepemimpinan tiga Kim sepanjang kariernya.

Berbeda dengan Kim Jong-un, dia melakukan sejumlah perjalanan ke luar negeri dalam kunjungan resmi, seperti ke Iran untuk menghadiri pelantikan Presiden Hassan Rouhani pada masa jabatan keduanya.

Kesetiaannya pada kepemimpinan Korea Utara tidak pernah dipertanyakan dan beberapa pihak berpendapat kemampuannya untuk bertahan dari pembersihan sebagai sesuatu yang mengesankan.

"Dia tidak melakukan kesalahan. Itulah sebabnya dia tetap mempertahankan jabatan tingkat tinggi di sebuah negara yang sudah biasa dengan pembersihan politik," tutur seorang pembelot dari Korut, seperti dikutip kantor berita Korsel, Yonhap.

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement