Menyaksikan hal itu, Sam berpikir kemudian terinspirasi untuk melakukan hal serupa. Itu juga dilatarbelakangi dengan kecintaannya terhadap dunia seni dan musik. Hal itulah yang mendorong Sam terjun langsung mempelajari alat musik calung yang berasal dari Jawa Barat.
"Saya main calung gini karena terinspirasi dari Yogyakarta di Jalan Malioboro. Saya lihatnya enak. Banyak yang nonton, sedikit-sedikit saya belajar alat dan musik. Sekalian nafkah juga," terangnya.
Setelah dewasa dan menguasai sejumlah alat musik, ia terjun langsung menjadi musisi jalanan. Itu dibarengi dengan niatnya untuk melestarikan budaya. Bersama rekannya, Sam berkeliling kampung untuk mencari nafkah sekaligus melestarikan alat musik tradisional.
Dianggap Ondel-Ondel
Aksi Pemuda Margadana City (PMC) dalam mengamen di jalanan tak selalu berjalan mulus. Tak jarang Sam dan kawan-kawannya terbentur kendala ketika memperkenalkan alat musik tradisional seperti calung di setiap penampilannya.

Salah satunya adalah warga menganggap aksi Pemuda Margadana City (PMC) itu berisik. Ada pula yang tidak mengenali kesenian calung sehingga dianggap sebagai ondel-ondel.
"Alhamdulillah saya enggak pernah ditangkap Satpol PP karena saya main di kampung, enggak di jalan raya. Kendala (dalam-red) perkenalkan budaya, orang bingung. Banyak yang nanya ini musik apa, kirain ondel-ondel. Pernah ada yang ngusir juga sih karena berisik namanya juga di jalan kampung ya," imbuhnya.

Meski begitu, dengan segala kendala di tengah perjuangannya, Sam dan rekannya berharap dapat melestarikan sekaligus memperkenalkan kesenian musik tradisional. Dengan menyusuri dari satu kampung ke kampung, keenam pemuda asal Tegal itu berharap impiannya dapat terwujud.
"Semoga semua orang tahu budaya ini kalau angklung alat musik dari Jawa Barat, meskipun calung terkenal di Purbalingga," tutup Sam.
(Erha Aprili Ramadhoni)