Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Harkitnas, Momentum Memahami Sejarah untuk Merajut Persatuan Bangsa

Hambali , Jurnalis-Minggu, 20 Mei 2018 |09:03 WIB
Harkitnas, Momentum Memahami Sejarah untuk Merajut Persatuan Bangsa
Gedung Stovia yang kini jadi Mesuem Kebangkitan Nasiona. (Foto: Dok Okezone)
A
A
A

Kondisi pemerintahan kala itu juga sangat labil. Pasca-Kabinet Perdana Menteri Amir Syarifuddin jatuh dan digantikan Mohammad Hatta, pergolakan terus terjadi di arus bawah hingga tataran elite.

Terlebih ketika Bung Hatta menerapkan kebijakan 'Re-Ra' atau Reorganisasi dan Rasionalisasi di berbagai perangkat pemerintahan, termasuk golongan tentara. Tak sedikit yang menolak pangkatnya diturunkan akibat kebijakan itu.

Oleh karenanya, demi membuat sejumlah elite partai dan lembaga lain bisa harmonis dan bersatu lagi, dimunculkanlah satu hari peringatan yang mengambil hari lahirnya Boedi Oetomo tanggal 20 Mei. Meskipun waktu itu, momennya belum dinamai Hari Kebangkitan Nasional, melainkan Hari Kebangunan Nasional.

"Hari itu (20 Mei) menurut beliau (Presiden Soekarno) adalah hari yang patut dianggap mulia oleh bangsa Indonesia," jelas Ki Hadjar Dewantara dalam buku ‘Dari Kebangunan Nasional sampai Proklamasi Kemerdekaan: Kenang-Kenangan Ki Hadjar Dewantara’, seperti dikutip Okezone, Minggu (20/5/2018).

"Karena pada hari itu, perhimpunan kebangsaan yang pertama, yaitu Boedi Oetomo didirikan dengan maksud menyatukan rakyat yang dulu masih terpecah belah, agar dapat mewujudkan suatu bangsa yang besar dan kuat," imbuhnya lagi dalam buku tersebut.

Hari Kebangunan Nasional atau yang sekarang disebut sebagai Hari Kebangkitan Nasional dicetuskan atas inisiatif Bung Karno, dan diperingati untuk pertama kali pada 20 Mei 1948 di Yogyakarta sebagai Ibu Kota Republik, serta di berbagai daerah lain.

(Foto: Okezone)

Pada peringatan Harkitnas ke-50, tahun 1958, Bung Karno mempertegas esensi peringatan Harkitnas. Menurut Proklamator RI itu, esensi dari peringatan Harkitnas adalah kemenangan 'Beginsel' (prinsip), yaitu tekad untuk menjadi bangsa yang bebas dan merdeka dalam memerintah dirinya sendiri.

Kemudian pada peringatan Harkitnas tahun 1962, Bung Karno kembali mengulangi penegasannya, bahwa hanya bangsa yang percaya pada kekuatan sendiri yang dapat menjadi bangsa yang besar. Pada pidatonya, Bung Karno menyebut bahwa kata kunci menuju bangsa yang besar termanifestasikan dalam konsepnya tentang Trisakti.

Bercermin pada nilai sejarah dan semangat persatuan lahirnya Harkitnas itulah yang menjadi alasan kuat bangsa ini untuk introspeksi, dan mengedepankan nasionalisme dalam menghadapi problematika yang muncul.

(Baca Juga: Harkitnas, Tahun Politik dan Peningkatan Kualitas Demokrasi)

Setiap individu ataupun kelompok di negara ini harus mulai berfikir jernih, tentang apa yang telah dan akan dilakukan, serta peran apa yang telah dan akan diambil dalam rangka mempercepat eskalasi kebangkitan nasional. Semua itu, hanya bisa diraih jika seluruh komponen bangsa bersatu, baik secara gagasan dan tindakan.

(Erha Aprili Ramadhoni)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement