Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Balas Sanksi, Venezuela Usir Dua Diplomat Tinggi AS

Rahman Asmardika , Jurnalis-Rabu, 23 Mei 2018 |12:44 WIB
Balas Sanksi, Venezuela Usir Dua Diplomat Tinggi AS
Presiden Venezuela, Nicolas Maduro. (Foto: AFP)
A
A
A

CARACAS – Beberapa hari setelah kemenangannya dalam pemilihan presiden Venezuela, Nicolas Maduro memerintahkan pengusiran dua diplomat tinggi Amerika Serikat di Caracas. Langkah ini dilakukan Maduro sebagai pembalasan atas sanksi baru yang dijatuhkan Amerika Serikat terhadap hasil pemilihan di Venezuela yang dituduh penuh kecurangan.

Diwartakan Reuters, Rabu (23/5/2018), Maduro menuduh Kuasa Usaha Amerika Serikat di Caracas, Todd Robinson telah terlibat dalam konspirasi militer di Venezuela. Robinson dan seorang diplomat Amerika Serikat lainnya, Brian Naranjo untuk meninggalkan Venezuela dalam 48 jam.

Dia tidak memberikan rincian tentang tuduhan itu, tetapi mengatakan Kedutaan Besar Amerika Serikat telah ikut campur dalam masalah militer, ekonomi dan politik, dan bersumpah untuk segera memberikan bukti terkait tuduhan tersebut.

BACA JUGA: Nicolas Maduro Terpilih Kembali Sebagai Presiden Venezuela

Amerika Serikat dan Uni Eropa dan sebagian besar negara Amerika Latin mengecam pemilihan yang berlangsung pada Minggu dianggap tidak memenuhi standar demokrasi. Presiden Amerika Serikat merespons hasil pemilihan itu dengan perintah eksekutif yang membatasi kemampuan Venezuela untuk menjual aset negaranya.

" Anda tidak akan menghambat baik dengan konspirasi maupun dengan sanksi Venezuela," kata Maduro dalam sebuah acara di Caracas.

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat melalui juru bicaranya, Heather Nauert telah membantah “tuduhan palsu” yang dilayangkan Maduro. Robinson juga ikut memberikan pidato singkat di Kota Merida, Venezuela yang menyatakan tuduhan terhadap dirinya dan Naranjo sama sekali tidak benar.

Kuasa Usaha Amerika Serikat untuk Venezuela, Todd Robinson. (Reuters)

Maduro, yang akan memulai masa jabatan keduanya pada Januari tahun depan, mendapatkan 68 persen suara dalam pemilihan presiden pekan lalu. Saingannya, mantan gubernur negara bagian, Henri Falcon mengatakan, dia menerima ratusan laporan pelanggaran dan tidak mengakui hasil pemilihan yang dianggap tidak sah. Jumlah pemilih yang memberikan sura mereka dalam pemilihan kali ini kurang dari 50 persen, dibandingkan dengan 80 persen pada 2013.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement