Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Sutarmidji-Ria dan Karolin-Suryadman Miliki Elektabilitas Paling Tinggi di Pilgub Kalbar

Fakhrizal Fakhri , Jurnalis-Sabtu, 23 Juni 2018 |23:29 WIB
   Sutarmidji-Ria dan Karolin-Suryadman Miliki Elektabilitas Paling Tinggi di Pilgub Kalbar
Foto: Okezone
A
A
A

JAKARTA - Menjelang Pilgub Kalimantan Barat pasangan Sutarmidji-Ria Norsan dan pasangan Karolin Margaret Natasa-Suryadman Gidot miliki elektabilitas paling tinggi berdasarkan hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA.

Peneliti LSI Adjie Alfaraby mengatakan, pihaknya telah melakukan survei sebelum Pilkada serentak 2018 tersebut dimulai. Hasilnya, elektabilitas pasangan Sutarmidji-Ria Norsan diangka 48.5 persen bila dilakukan pertanuayaan tertutup, dan diikuti pasangan Karolin Margaret Natasa-Suryadman Gidot dengan elektabilitas sebesar 30 persen.

"Sementara pasangan Milton Crosby-Boyman Harun menyusul diangka sebesar 7.2 persen. Dan mereka yang belum memutuskan sebesar 14.3 persen," kata Adjie dari keterangan resmi yang diterima Okezone, Sabtu (23/6/2018).

Adjie melanjutkan, jika 14.3 persen suara yang belum menentukan pilihan (undecided voters) dibagi habis secara proporsional ke ketiga kandidat, maka elektabilitas masing-masing kandidat mengalami tambahan dukungan secara proporsional. lektabilitas

 Pilkada

Sehingga elektabilitas pasangan Sutarmidji-Norsan menjadi 56.6 persen, elektabilitas Karolin-Gidot menjadi 35 persen, dan elektabilitas Milton-Boyman menjadi 8.4 persen.

"Dukungan terhadap pasangan Sutarmidji-Norsan merata hampir di semua segmen pemilih. Namun pasangan Karolin-Gidot juga memiliki keunggulan di beberapa segmen pemilih. Pada segmen gender, pasangan Sutarmidji-Norsan unggul di segmen pemilih laki-laki maupun perempuan," lanjutnya.

Di segmen agama, pasangan Sutarmidji-Norsan unggul di segmen pemilih Muslim dengan dukungan sebesar 77.50 persen. Sementara pasangan Karolin-Gidot unggul di segmen pemilih Protestan 64.50 persen dan segmen pemilih Katolik 66.70 persen.

Pada segmen pemilih pemula dibawah 19 tahun, kedua kandidat bersaing ketat, dengan angka dukungan yang sama sebesar 34.40 persen. Namun di segmen usia yang lain, keseluruhan diungguli oleh pasangan Sutarmidji-Norsan.

Adjie mengatakan, secara teritori pasangan Sutarmidji-Norsan juga unggul di mayoritas teritori di Kalimantan Barat. Sutarmidji-Norsan Unggul di 6 Dapil, sementara Karolin-Gidot unggul di 2 Dapil. eunggulan

 Pemilu

Kemudian, lanjut dia, keunggulan Sutarmidji-Norsan diantaranya di Dapil 1 Kota Pontianak, Dapil 2 Kabupaten Kubu Raya dan Mempawah, Dapil 4 Sambas, Dapil 6 Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Sekadau, Dapil 7 Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Melawi, dan Kabupaten Sintang serta Dapil 8 Kabupaten Kayong Utara dan Ketapang.

"Sementara pasangan Karolin-Gidot unggul di Dapil 3 Kabupaten Bengkayang dan Kota Singkawang, dan Dapil 5 Kabupaten Landak," katanya.

Ia berujar bahwa LSI Denny JA menemukan bahwa terdapat tiga alasan mengapa pasangan Sutarmidji-Norsan berpeluang menang. Pertama, pasangan Sutarmidji-Norsan adalah pasangan yang paling disukai atau paling tinggi tingkat akseptabilitas.

Selain itu, pemilih juga menyatakan suka dengan Sutarmidji sebesar 78.80 persen. Sementara mereka yang menyatakan suka dengan Karolin sebesar 69.70 persen dan yang menyatakan suka dengan Milton sebesar 67 persen. Sementara pasangan wakilnya Sutarmidji, Ria Norsan juga paling tinggi tingkat kesukaannya yaitu sebesar 74 persen.

Adjie menambahkan, alasan kedua adalah karena Sutarmidji dipersepsikan sebagai calon gubernur yang paling bersih dari korupsi. Isu korupsi menjadi salah satu isu penting bagi masyarakat Kalimantan Barat.

"Sebesar 57.50 persen publik Kalbar meyakini Sutarmidji bersih dari korupsi, sebesar 8.8 persen menyatakan kurang percaya, dan sebesar 33.8 persen menyatakan tidak tahu/tidak jawab," ujarnya.

Untuk alasan ketiga yakni resistensi publik terhadap politik dinasti. Sebab, sebesar 51 persen publik Kalimantan Barat menyatakan bahwa majunya Karolin Margaret Natasa sebagai gubernur dinilai kurang pantas atau tidak pantas sama sekali. "Karena dianggap sebagai upaya petahana (Cornelis) melanggengkan kekuasaanya melalui keluarga. Dan hanya sebesar 21.5 persen yang menyatakan hal itu pantas, karena hak demokrasi Karolin," imbuh Adjie.

Di sisa waktu yang tersedia jelang pemilihan, lanjut Adjie, masih terdapat tiga kondisi yang mampu mengubah suara. Pertama, menang atau kalah juga ditentukan oleh kemampuan kandidat menekan tingkat golput pendukungnya. Kandidat yang menang adalah kandidat yang mampu meminimalisir jumlah golput pendukungnya.

"Kedua, negative campaign adalah kampanye menyerang lawan dengan fakta-fakta yang melemahkan. Isu negatif yang massif terhadap seorang kandidat dapat mengubah suara kandidat tersebut," terang Adjie.

Ketiga, faktor 'invisible hand'. Pasalnya dalam kasus beberapa daerah yang pilkada, intervensi dari pihak yang punya akses mengubah suara (oknum penyelenggara atau oknum penguasa) bisa mengubah suara riil yang diperoleh masing-masing pasangan calon.

Menurut Adjie, pasangan Sutarmidji-Norsan bisa dikalahkan bila golput masing-masing pendukung pasangan calon proporsional tidak timpang. Sebab itu, sulit bagi pasangan Sutarmidji-Norsan dikalahkan.

"Jika suara masing-masing pasangan calon bebas dari intervensi 'invisible hand' dari oknum yang tidak bertanggung jawab, maka posisi Sutarmidji-Norsan sulit disalip. Jika tak ada tsunami politik karena isu yang sangat melemahkan, maka Sutarmidji-Norsan paling berpeluang menang di Pilkada Kalbar 2018," pungkasnya.

Survei ini dilakukan dengan responden sebanyak 600 dipilih berdasarkan multi stage random sampling. Wawancara tatap muka dengan responden dilakukan serentak di semua kabupaten/kota di Kalimantan Barat dari tanggal 8-14 Juni 2018. Survei ini dibiayai sendiri sebagai bagian layanan publik LSI Denny JA. Margin of error (MoE) survei ini adalah plus minus 4 persen.

(Awaludin)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement