SURABAYA – Salah satu tantangan yang dihadapi dunia anak saat ini adalah kecanduan gawai serta media sosial. Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Lenny Rosalin menuturkan, gawai perlu diakui punya dampak positif dan negatif bagi perkembangan anak.
Salah satu sisi positifnya adalah anak bisa mengunduh materi bahan ajar yang tidak cukup didapatkan dalam buku pelajaran atau ruang sekolah. Sisi buruknya anak akan terlalu sibuk dengan gawai sehingga melupakan interaksi dengan keluarga, sesama, dan tidak fokus pada pelajaran.

“KPPPA saat ini sedang menggodok regulasi bersama dengan Kemendikbud, Kemenag, dan Kominfo agar mengatur pembatasan penggunaan gawai terutama di lingkungan satuan pendidikan,” ujar Lenny saat ditemui wartawan di Dyandra Convention Center, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (20/7/2018).
“Secara umum waktu anak itu bisa dibagi tiga, yakni 8 jam di rumah, 8 jam di sekolah, dan 8 jam melakukan aktivitas lain. Setidaknya kita bisa meminimalkan penggunaan gawai di sekolah sehingga 1/3 bagian hidupnya terselamatkan,” imbuhnya.
Menurut Lenny, pada Forum Anak Nasional (FAN) 2016, masalah kecanduan gawai itu sudah diangkat oleh perwakilan anak-anak dari ratusan kabupaten/kota. Kekhawatiran tersebut diangkat mengingat pengaruh teman-teman sebaya dalam pergaulan tidak bisa dikesampingkan begitu saja.
Keluarga memang menjadi pengasuh utama dan pertama bagi anak. Akan tetapi, interaksi dengan teman-teman sebaya baik di lingkungan sekolah dan permainan, juga tak kalah penting. Seringkali ketika orangtua tidak bisa menyesuaikan kecanggihan teknologi, anak akan mencari tahu lewat temannya.
Lenny mengatakan, FAN 2018 berusaha memberi jawaban di luar lingkungan keluarga dan sekolah karena bagian dari peer group (kelompok teman sebaya). Forum Anak Nasional dirancang sedemikian rupa agar menjadi wadah partisipasi anak dalam kegiatan yang positif. Dengan demikian, hal-hal positif dari gawai bisa dipertahankan sementara yang negatif dapat ditinggalkan.
Dalam kegiatan hari kedua yang berlangsung di Hotel Singgasana, Surabaya, para peserta mulai saling berbagi informasi serta mengolahnya dalam kerangka kegiatan Media Informasi Anak. Setelahnya, mereka dibagi dalam kelompok-kelompok untuk berdiskusi guna menentukan dan membuat proyek mini ‘Bakti Anak kepada Negeri’ sesuai tema FAN 2018 sekreatif mungkin.
(Fahmi Firdaus )