Tidak jauh dari sana, lantai sebuah pasar ikan tampak bergelombang. Penurunan tanah membuat amblasan dan celah menganga setinggi 20cm, antara tanah dan dasar bangunan.
"Kalau di sini membahayakan, apalagi ketika orang ramai. Jalan bergelombang begini orang bisa terpeleset, jatuh. Awalnya tidak terlalu parah, tetapi dari tahun ke tahun tanahnya semakin turun," ungkap Ridwan, warga Muara Baru yang kerap berbelanja di pasar ikan itu.
Dan tidak hanya bangunan terperosok, tanah amblas, banjir rob, dan tenggelamnya Jakarta yang akan terjadi. Profesor Heri menekankan, jika penurunan permukaan tanah tidak dihentikan, banjir di Ibu Kota, termasuk di Jakarta Pusat, daerah yang sebenarnya lebih jauh dari tepi laut, akan semakin rutin terjadi.
"Hubungan antara penurunan tanah dan banjir itu sangat kuat. Di Jakarta, air juga bisa datang dari daerah Bogor, atau hujan. Karena tanah terus turun dan air laut lebih tinggi dari permukaan tanah, maka air dari Bogor atau air hujan, tidak bisa langsung ke laut. Otomatis dia membanjiri daerah-daerah yang mengalami penurunan tanah itu, termasuk yang penurunannya kecil." kata dia.
(Qur'anul Hidayat)