Kelompok tersebut mengatakan laporan baru menunjukkan bahwa wartawan menghadapi bahaya terlepas dari risiko pelaporan di zona perang dan meliput gerakan ekstremis.
"Ada faktor-faktor lain, seperti meningkatnya intoleransi terhadap pelaporan independen, populisme, maraknya korupsi dan kejahatan, serta hancurnya hukum dan ketertiban," kata IFJ.
Sekretaris Jenderal IFJ, Anthony Bellanger, menyebut angka-angka dalam daftar kelompok itu sebagai "sebuah pengingat yang menyedihkan bahwa keselamatan wartawan akan tetap sulit dipahami selama negara-negara lain masih membanggakan institusi yang seharusnya menegakkan hukum tetapi telah dilumpuhkan oleh korupsi dan ketidakmampuan dalam menghadapi serangan tanpa henti terhadap jurnalisme ".
“Dengan demikian, mereka berdiri sebagai dakwaan yang memberatkan pihak berwenang atas kegagalan mereka menegakkan hak jurnalis atas keselamatan fisik mereka dan untuk menjamin wacana publik yang terinformasi dalam sebuah demokrasi,” tambahnya.
(Rahman Asmardika)