JAKARTA – Kericuhan terjadi Rumah Tahanan (Rutan) Kelas I Surakarta di Jalan Brigjen Slamet Riyadi, Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo, Jawa Tengah, Kamis 10 Januari 2019. Para pembesuk tahanan Laskar Islam bentrok dengan narapidana kriminal biasa.
Enam tahanan dan sembilan napi Rutan Kelas I Surakarta yang diduga pemicu kerusuhan, kemudian dipindahkan ke rutan dan lembaga pemasyarakatan (Lapas) lain di luar Solo.
Keributan terjadi saat kelompok Laskar Islam membesuk rekannya yang ditahan di Rutan Surakarta atau dikenal dengan Rutan Solo. Mereka kemudian terlibat saling lempar batu dengan para napi di Blok C1. Apa penyebabnya?
Berikut sederet fakta-fakta di balik kerusuhan Rutan Solo:
1. Pemicu Keributan
Kerusuhan bermula saat jam besuk sekira pukul 10.00 WIB. Sekira 20 orang ikhwan Laskar Islam datang menjenguk rekan mereka yang ditahan di Rutan Solo.
Para pembesuk diberi kesempatan masuk bergiliran masing-masing 20 menit. Dibagi per kelompok lima orang. Kelompok pertama masuk berjalan aman hingga keluar. Namun, pada saat kelompok pembesuk kedua masuk di situlah mulai memanas.
(Baca juga: Kronologi Bentrokan Laskar Islam Vs Napi Kriminal di Rutan Solo)
Saat hendak keluar, mereka meneriakkan takbir. Teriakan itu dibalas dengan suara yang menyinggung Laskar Islam oleh napi penghuni Blok C1. Kedua kubu akhirnya cekcok dan saling ejek.
Massa dari Laskar Islam lalu mendatangi Blok C1, namun mereka langsung dilempari batu oleh para napi. Aksi saling lempar pun terjadi.
2. Tahanan Laskar Islam Diamankan
Untuk meredam bentrokan, petugas kemanan lalu memisahkan kedua kubu. Pembesuk dari Laskar Islam dikeluarkan dari rutan. Tahanan dari Laskar Islam juga dipindahkan ke ruang kepala kesatuan pengamanan rutan.
Mereka adalah Isan alias Abdullah Ihsan (33), Rahmad Sardiansyah (20), Komari alias Komar (39), Harnang Tedy T (40), Geri Angger Raharjo (19).
Sementara napi kriminal berusaha merangsek hingga menjebol pintu Blok C1 dan B.
Wakapolresta Surakarta AKBP Andy Rifai mengatakan keributan ini terjadi karena miskomunikasi di antara penghuni Rutan dengan pembesuk Laskar Islam.
3. Massa Laskar Islam Teriakkan Nama Iwan Walet
Setelah kedua kelompok dipisah, kondisi Rutan Solo mulai tenang. Tapi, tak lama kemudian massa Laskar Islam kembali datang ke rutan dengan jumlah diperkirakan lebih 100 orang.
(Baca juga: Bentrokan di Rutan Solo Munculkan Nama Iwan Walet, Siapa Dia?)
Petugas tak mengizinkan mereka masuk. Massa pun berkumpul di luar rutan dan meneriakkan nama Iwan Walet. Mereka ingin Iwan Walet dikeluarkan dan dihadapkan dengan mereka. Polisi langsung meredam aksi massa.
4. Sosok Iwan Walet
Iwan Walet yang diteriakkan massa Laskar Islam adalah nama lain dari Koes Setiawan Danang Mawardi. Sosoknya dikenal sebagai “preman” di Solo. Iwan kini berstatus napi dan ditahan di Blok C1 Rutan Solo karena kasus penganiayaan.
Selain Iwan, Blok C juga dihuni kelompok Agus Ardiansyah alias Bebek dan Ucok Devran Devries, keduanya napi kasus pencurian. Kelompok inilah yang diduga terlibat bentrok dengan pembesuk dari Laskar Islam.
5. Dendam Lama
Sebelum terlibat saling serang di Rutan Solo kemarin, kelompok IwanWalet Cs dan Laskar Islam pernah beberapa kali bentrok. Kericuhan kemarin diduga tak lepas dari dendam sebelumnya antara kedua kelompok.
Pada 2008, kedua kelompok pemuda itu pernah bentrok hingga menewaskan satu orang. Kejadian serupa terulang pada 5 Mei 2012. Saat itu, massa Laskar Islam menggelar sweeping di Solo, lalu berhadapan dengan kelompok Iwan Walet Cs. Bentrokan ini dikenal dengan istilah ‘Kejadian Gendekan’.
Joko Widodo yang menjabat Wali Kota Solo waktu itu mengatakan, bentrokan tersebut bukan perseteruan antara warga dengan ormas, tapi perselisihan antara kelompok pemuda.
6. 15 Napi Dipindahkan dari Rutan Solo
Untuk menghindari bentrokan susulan, 15 napi yang diduga terlibat dalam bentrokan dipindahkan ke rutan dan lapas lain di luar Solo.
Mereka masing-masing dipindahkan ke Rutan Kelas II B Wonogori delapan orang, Rutan Polda Jawa Tengah enam orang dan satu lagi ditempatkan di Lapas Sragen.
Sementara suasana Rutan Solo sejak sore kemarin kembali kondusif.
(Salman Mardira)