JAKARTA - Tim Kampanye Nasional (TKN) Koalisi Indonesia Kerja (KIK) menilai acara Munajat 212 di Monas pada Kamis malam pada awalnya dimaksudkan sebagai acara keagamaan untuk berdoa bangsa. Namun, acara yang mulia tersebut ternyata itu diciderai dengan nuansa kampanye.
"Hal itu dibuktikan dengan salam ‘dua jarinya’ Fadli Zon, orasinya Pak Zulkifli Hasan yang tendensius kampanye, Ijtima Ulama untuk pemilihan Presiden serta hadirnya tokoh-tokoh yang mendukung Capres 02," kata Juru Bicara TKN Ace Hasan Syadzily kepada Okezone, Jumat (22/2/2019).
Baca juga: Bela Prabowo, Eks Kombatan GAM Ini Sebut Lahan PT THL Tak Pernah Dikelola Asing
Bagi TKN, acara doa bersama tentu sangat positif walaupun nuansa politisnya sangat tak bisa dihindarkan karena memakai embel-embel angka itu. Namun, jika doa bersama tersebut ternyata dipergunakan sebagai momentum untuk menyampaikan pesan-pesan politik, itu berarti sudah keluar dari niatannya.

"Karena itu, dengan melihat nuansa acara itu patut diduga acara itu merupakan bagian dari politisasi agama dan kampanye politik. Apalagi penyelenggara acara tersebut merupakan tokoh-tokoh yang selama ini dikenal pendukung Capres tertentu," tegas Ace.
Baca juga: Lahan Dikelola Asing, TKN Sebut Prabowo Melukai Hati Pendukungnya Sendiri
Politisi Golkar itu menuturkan, kampanye politik itu boleh-boleh saja. Namun, harus pada tempatnya. Apalagi semua pihak sudah tahu peraturannya. Masyarakat juga sudah cerdas dalam menilai acara-acara seperti itu mengandung nuansa politik.
"Saya kira Bawaslu harus bertindak sesuai dengan kewenangannya. Tak harus menunggu laporan karena Bawaslu DKI sendiri memantau langsung acara itu. Terlalu kentara bahwa acara itu berbau politik dengan yel-yel seperti kampanye," pungkas dia.
(Fakhri Rezy)