JAKARTA - Anggota Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Sidarto Danusubroto mengimbau agar masyarakat berani bersikap untuk melawan berita bohong (hoaks) yang sengaja disebarkan untuk memecah belah bangsa Indonesia, khususnya menjelang gelaran Pemilihan Presiden (Pilpres) pada 17 April 2019 mendatang.
"Kalau ada berita yang tidak berdasarkan data dan fakta, harus kita lawan. Karena berita itu dibuat untuk menjatuhkan petahana Presiden Joko Widodo yang telah bekerja dengan tulus bagi Indonesia, ujar Sidarto saat menghadiri Deklarasi Dukung #01 Presiden Jokowi oleh Alumni SMPN 12 Jakarta, sebagaimana melansir Antaranews, Minggu (24/2/2019).
Dia menjelaskan, berita bohong banyak tersebar di media sosial, grup WhatsApp, twitter dan lainnya. Masyarakat kata dia, harus melihat kenyataan yang ada di lapangan, ucap Sidarto.
Sidarto mencontohkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini menjadi kekuatan utama di Asia Tenggara dan diprediksi pada 2023 akan menjadi salah satu negara maju di dunia.
Sementara, Staf Khusus Presiden, Ali Mochtar Ngabalin menambahkan bahwa penggunaan ayat-ayat suci Alquran yang dilakukan oleh tim sukses pasangan Prabowo-Sandi sudah sangat keterlaluan dan tidak pada konteksnya. Mempolitisir ayat suci Alquran jelas perbuatan tidak terpuji.
"Masak ada doa yang menyatakan 'kalau tidak memenangkan kubu sebelah, tidak ada lagi yang menyembah Allah SWT'. Ini kan doa Perang Badar, masak dipotong-potong untuk kepentingan politik," kata dia.

Sebelumnya, sebanyak 300 alumni Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 12 Jakarta menyatakan dukungannya terhadap pasangan calon (paslon) nomor 1, Jokowi-Ma'ruf Amin. Hal itu dilakukan demi keberlangsungan pembangunan yang bersih dari korupsi dan merata di seluruh Indonesia.
Ketua Panitia, Chandra Nurdin Nasution menyebut, deklarasi dukungan terhadap Jokowi-Ma'ruf Amin dilakukan sebagai bentuk sanggahan bahwa tak semua alumni SMPN 12 menyatakan dukungan terhadap paslon nomor dua.
"Sandiaga Uno memang alumni SMPN 12, tapi hal itu tak otomatis kami mendukung paslon nomor dua. Karena pilihan politik itu, bebas memilih siapa saja," ujar Chandra.
(Rizka Diputra)