SRAGEN - Tenda dari bahan terpal warna biru terpasang di samping rumah Kurmadi (80), warga Dusun Toho, Desa Bukuran, Kecamatan Kalijambe, Sragen, Selasa 26 Februari 2019. Tenda itu menjadi pelindung enam warga dari terik mentari.
Diwarnai obrolan ringan, enam warga itu melakukan aktivitas tak biasa. Mereka duduk di sebidang tanah galian berukuran 2 x 3 meter dengan kedalaman sekitar 40 cm. Di tanah itu terdapat dua benda menyerupai kuburan kuno.
Di sekitarnya terdapat beberapa artefak seperti pecahan periuk atau gerabah yang terbuat dari tanah liat. Dengan penuh kehati-hatian, Pipit Meilinda ikut mengeruk tanah dengan bantuan batang bambu.
Ada kalanya Pipit menggunakan tusuk gigi untuk mengikis tanah yang menempel pada artefak tersebut. Pipit adalah satu dari sembilan arkeolog dari Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran yang ditugaskan pada kegiatan ekskavasi di Dusun Toho.
Demi menjaga benda cagar budaya yang tersimpan di dalam tanah itu tidak rusak, penggalian tanah sengaja dilakukan menggunakan potongan batang bambu yang dibuat lancip pada bagian ujungnya. Linggis, cetok, dan wangkil hanya digunakan untuk menggali tanah keras di sekitarnya yang tidak ditemukan potensi adanya artefak.