Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Di Tahun Pemilu, 60% Kaum Milenial Sebut Demokrasi Belum Mewakili Aspirasinya

Achmad Fardiansyah , Jurnalis-Kamis, 28 Februari 2019 |14:51 WIB
Di Tahun Pemilu, 60% Kaum Milenial Sebut Demokrasi Belum Mewakili Aspirasinya
Pemilu (Okezone)
A
A
A

JAKARTA – Di tahun politik, suara kaum milenial akan menjadi rebutan untuk kedua paslon yang maju dalam pemilihan Presiden 2019. Oleh sebab itu, Institute of Public Policy Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya melakukan survei untuk mengukur pandangan kaum muda perkotaan terhadap pemilu.

Head Of Institute of Public Policy Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Edbert Gani mengatakan, dalam survei ini menggunakan metode survey cepat platfrom daring dengan jumlah partisipan sebanyak 1388.

 Baca juga: TKN Jokowi: Janji Prabowo soal Kesenjangan Ekonomi Hanyalah Retorika

"Fokus di 3 kota besar, Jabodetabek, Bandung dan Surabaya dengan tim enumerator (PIC) di setiap kota," katanya di Univeristas Atmajaya, Semanggi, Jakarta Selatan. Kamis (28/2/2019).

 Ilustrasi kaum milenial

Dalam survei tersebut, ditemukan pandangan tentang demokrasi adalah titik awal dari partisipasi politik yang positif.

"Pandangan yang positif juga adalah titik awal di mana kaum muda bisa percaya pada Pemerintah dan akhirnya menjadi partner dalam demokrasi," ujarnya.

 Baca juga: Tangkal Hoaks Cipika-cipiki dengan Perempuan, Ma'ruf Amin Kenalkan Istrinya ke Publik

Namun, mayoritas kaum muda urban menilai bahwa demokrasi belum mewakili aspirasi kaum milenial. "Lebih dari 60% kaum muda urban memandang bahwa demokrasi belum membawa perubahan berarti bagi mereka," katanya.

Edbert menambahkan, 34% kaum muda lainnya, berpandangan bahwa politik hanya sebagai instrumen yang rasional lewat kebijakan yang mengakomodir kebutuhan mereka.

"Jadi program-program untuk anak muda hanya ‘bungkusnya’ saja, belum menyeluruh," ucapnya.

 Baca juga: Masuk 3 Besar dan Menangkan Jokowi-Ma'ruf, Target Utama Perindo di Pemilu 2019

Oleh karena itu, lanjutnya, parpol peserta pemilu harus berlomba-lomba mendapatkan kepercayaan politik dari kaum muda urban.

"Ketika parpol tidak dipercaya, maka politisi yang baik pun akan sulit mendapatkan tempat di hati kaum muda urban. Distorsi kognitif yang diciptakan oleh politisi dengan “berpindah-pindah haluan” berpotensi mencederai kepercayaan kaum muda terhadap politisi," bebernya.

Dalam temuan survei ini juga, posisi kaum muda sebagai digital native. Internet bukan sekadar fasilitas teknologi bagi mereka, namun bagian dari gaya hidup. Keputusan yang mereka ambil, termasuk dalam pilihan politik.

"Sangat mungkin ditentukan oleh apa yang mereka temukan di media sosial," tutupnya.

(Fakhri Rezy)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement