"Tapi sebagian pengamat dan dosen sering tidak merasakan apa yang dirasakan langsung peternak dan petani. Justru kalau menurut saya petani yang merasakan apa yang terjadi sesungguhnya. Beberapa Dosen dan pengamat yang lantang bicara itu sifatnya sebaikya hanya kasih masukan langsung ke pemerintah saja, jangan teriak teriak diluar", katanya.
Dikatakan Winarno, sebaiknya semua pihak mampu meredam diri, tanpa membuat gaduh dan menimbulkan tafsiran lain di masyarakat bawah. Kalaupun mau berbicara, kata dia, bicaralah dengan menggunakan data.
"Menurut saya di tahun politik ini harus bisa menunjukan data yang valid. Pemerintah termasuk Kementan kan pasti lengkap sekali informasinya. Bahkan terakhir ini kita sering ekspor. Jadi sebaiknya pihak yang mengkritik juga memakai data resmi," katanya.
Jika mengacu pada data, impor jagung pakan pada 2014 mencapai senilai US$ 3,5 kita dolar. Atau setara dengan 10 miliar. Namun kemudian Pemerintah membatasi impor jagung secara mendadak.
Selanjutnya pada 2017 dan 2018 Indonesia membalikkan keadaan dengan mengekspor 380 ribu ton jagung.
(Fahmi Firdaus )