Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Balada Pelabuhan Tanjung Perak: Sejarah dan Kejayaan

Syaiful Islam , Jurnalis-Sabtu, 16 Maret 2019 |12:59 WIB
Balada Pelabuhan Tanjung Perak: Sejarah dan Kejayaan
A
A
A

Tipe armada Pelra ini justru yang banyak memberikan kontribusi mengangkut berbagai komoditas konsumsi masyarakat dari wilayah kota utama (Surabaya, Makassar dan Jakarta) ke berbagai wilayah rural kepulauan nasional, yang memiliki wilayah perairan dangkal yang tidak dapat disandari kapal besar. Karenanya, armada Pelra yang banyak melakukan fungsi inter-selular itu

"Jadi saat di awal 1900 itu, Kapal-kapal samudera (dan diperkirakan sudah mulai berbahan baja) bersandar di Tanjung Perak. Sedangkan kapal-kapal domestik berbahan kayu termasuk armada Pinisi (Pelra sekarang) bersandar di wilayah Kalimas (sekitar Hujunggaluh)," ungkapnya.

Perkembangan ekonomi dan perdagangan yang terus berlanjut itu kemudian dibarengi dengan perkembangan kewilayahan dan sosial masyarakat di sekitar Tanjung Perak atau Hujunggaluh. Banyak bermunculan perkambungan Arab, India da Cina di sekitar Hujunggaluh (Kalimas dan Tanjung Perak sekarang). Yang awalnya memang merupakan pedagang sekaligus duta dagang dari berbagai negara sahabat kerajaan Majapahit.

Perkembangan kampus hingga pusat perdagangan itulah yang mendorong terbentuknya kota Surabaya, yang tidak lain sebenarnya menjadi kota bandar (kota pelabuhan) yang kemudian menjadi salah satu pusat perdagangan khususnya lewat laut untuk berbagai wilayah atau kota di Indonesia Timur saat ini.

Dan visi itu sebenarnya sudah sejak awal dimiliki oleh Ir de Jongth, karena desainnya saat itu adalah menyediakan lokasi pelabuhan yang terbentang dari Perak hingga Gresik. Dan saat ini memang telah terwujud walau berbagai dermaga yang ada relatif terpisah-pisah. Bahkan sekarang sebutan Tanjung Perak Metropolitan Port tidak hanya diartikan sebagai wilayah dermaga, terminal dan pelabuhan di sekitar Perak saja. Namun juga ke wilayah Gresik, Lamongan hingga Tuban.

"Saat ini di Perak kita memiliki sejumlah terminal besar, padat (trafik kapal kargo) serta lengkap baik untuk tipe komoditas general cargo, dry-bulk cargo (curah kering), liquid-bulk cargo (curah cair) hingga break-bulk cargo (kargo dengan panjang dan berat yang berlebihan) dan yang utama lain adalah kontainer. Dengan terminal Jamrud, Mirah, Berlian, Nilam dan Kalimas," urainya.

Sementara di Gresik juga terdapat berbagai terminal besar dan padat. Mulai dari pelabuhan umum Gresik, Terminal Teluk Lamong (TTL) yang saat ini menjadi salah satu terminal termodern Indonesia akibat proses operasinya yang otomatik untuk kargo kontainer dan curah kering. Juga ada terminal Maspion dan terminal JIIPE Manyar Port. Termasuk sejumlah terminal khusus dominan yang dimiliki usaha Semen Gresik dan Petrokimia Gresik

Di Lamongan, juga terdapat fasilitas pelabuhan yang cukup dominan yaitu Lamongan Shore Base (LSB) yang banyak melakukan layanan untuk armada kapal offshore (bangunan lepas pantai minyak dan gas di sekitar utara Madura) termasuk fasilitas perawatan dan akomodasi berbagai kebutuhan operasi migas di wilayah Laut Jawa bagian Timur

Di samping itu di wilayah Paciran juga terminal penyeberangan (yang dikelola PT ASDP) yang melayani berbagai operasi penyeberangan Jawa Timur ke sejumlah wilayah di Kalimantan Selatan dan Jawa Tengah.

"Di Tuban, lokasi pelabuhan atau terminal yang tersedia cukup dominan utamanya untuk kargo semen dan juga curah kering lainnya (batubara, batu, pasir dan lainnya). Utamanya digerakkan oleh group Semen Gresik dan Holchim," tandas Saut.

(Khafid Mardiyansyah)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement