SEBUAH laporan baru mengenai kelaparan memperlihatkan kenyataan menyedihkan bahwa kondisi tersebut terjadi di sedikitnya 53 negara, sebagian besar karena konflik yang terjadi dan perubahan iklim. Di beberapa tempat, krisis tersebut bahkan sepenuhnya terjadi sepenuhnya karena kesalahan manusia.
Laporan Global Krisis Makanan terbaru dari Food Security Information Network diterbitkan pada Selasa menyebutkan bahwa sekira 113 juta orang di 53 negara, sebagian besar di Afrika, pada tahun lalu menghadapi kekurangan makanan yang kronis. Sementara 143 juta orang lainnya di 42 negara ditemukan hidup dalam "kondisi tertekan, di puncak dari kelaparan akut.".
Masalah yang berkembang itu tercermin dalam meningkatnya pengeluaran global untuk bantuan kemanusiaan, yang naik dari USD18,4 miliar pada 2013 menjadi USD27,3 miliar pada 2017. Meskipun ada peningkatan bantuan, penulis laporan berpendapat bahwa “bantuan kemanusiaan tidak mengatasi akar penyebab krisis pangan."
Krisis pangan terburuk pada 2018 terjadi di Yaman, Republik Demokratik Kongo, Afghanistan, Etiopia, Suriah, Sudan, Sudan Selatan, dan Nigeria. Krisis di negara-negara tersebut mempengaruhi lebih dari 72 juta orang secara total.
Kekeringan, banjir, dan guncangan iklim lainnya adalah beberapa penyebab, yang membuat 29 juta orang mengalami kerawanan pangan akut pada 2018. Kekeringan di Afghanistan menurunkan produksi pangan ke level terendah sejak 2011, sementara cuaca kering berdampak pada hasil pertanian di Kosta Rika, El Salvador, Guatemala dan Honduras. Kondisi cuaca buruk ditambah dengan guncangan ekonomi juga bertanggungjawab atas banyak kesengsaraan di Afrika dan Amerika Selatan.