Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Buka Puasa Bersama di Wihara: Cara Kelompok Minoritas Rangkul Mayoritas

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Minggu, 19 Mei 2019 |16:14 WIB
Buka Puasa Bersama di Wihara: Cara Kelompok Minoritas Rangkul Mayoritas
(Foto : BBC Indonesia)
A
A
A

Apa tanggapan MUI?

Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama (MUI) Indonesia Asrorun Niam Sholeh mengatakan umat Muslim mengapresiasi kegiatan buka bersama yang diinisasi umat beragama lain.

Namun, yang perlu diperhatikan, kata Niam, adalah makanan tersebut harus dipastikan halal.

"Buka puasa dengan penyediaan takjil itu sebagai partisipasi yang bersifat sosial dan tentu itu diapresiasi," kata Asrorun.

Lalu, apakah MUI menghimbau kelompok mayoritas melakukan kegiatan serupa?

Suasana berbuka di wihara. (BBC Indonesia)

"Ya kan sama saja, ketika ada hari raya Natal, sebagian besar umat Islam juga memberikan apresiasi, tidak menganggu pelaksanannya, kemudian memberikan fasilitasi pelaksanaan ibadah," jawab Asrorun.

"Di Bali saat Nyepi juga ada solidaritas untuk tidak melakukan hal-hal yang mengganggu kekhusyukan ibadah. Kemudian, melakukan kegiatan sosial yang bersifat bahu-membahu di dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan."

Apa sudah disambut umat dari agama mayoritas?

Ismail Hasani, Direktur Eksekutif Setara Institute, mengatakan upaya untuk menjangkau umat beragama lain, saat ini memang lebih aktif dilakukan umat beragama yang rentan jadi korban intoleransi.

Meski, kata Islmail, umat dari agama mayoritas juga sudah banyak yang mulai melakukan kegiatan serupa.

"Dalam beberapa konteks (hubungan) reciprocal sudah terjadi, dalam beberapa isu juga. Tapi sebagian besarnya justru, bahasa sederhananya, 'teman-teman kelompok minoritas masih membujuk-bujuk kelompok mayoritas untuk berbuat baik,'" kata Ismail.

Dewan pembina wihara dan tokoh Tionghoa Muslim Indonesia, Yusuf Hamka, bercengkerama dengan warga yang berbuka puasa. (BBC Indonesia)

"Kenapa demikian? Karena ada fakta yang mendukung bahwa kelompok minoritas seringkali jadi korban dan kelompok mayoritas menjadi aktor," ujarnya.

Ia menambahkan koeksistensi harus menjadi tujuan berbagai kelompok di tanah air. Interaksi-interaksi antara kelompok yang ada, katanya, haruslah setara.

Ismail mengatakan praktik membagikan makanan berbuka puasa ini dapat mempererat rasa kebersamaan antar umat beragama sebagai "saudara sebangsa".

"Diplomasi perdamaian" itu, ujarnya, lebih efektif untuk mempererat persatuan dibandingkan dengan acara-acara seminar atau dialog antar umat beragama.

(Erha Aprili Ramadhoni)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement