Dari situ, tumbuh semangat untuk terus memelihara dan menyayangi sepeda-sepeda lama itu diurusi dan dirawat dengan kecermatan yang tinggi. Tingkat orisinalitas tiap bagiannya dijaga baik-baik. Akhirnya, sepeda menjadi sebuah penyaluran yang positif. Seperti peminat lainnya, kolektor sepeda harus mati-matian mempertahankan keaslian bagian-bagian yang ada.
Kini banyak bermunculan peminat sepeda lama. Perkumpulan Sepeda Tempo Doeloe Batavia, mereka berkeliling dengan sepeda “onthel” jadul ini mengelilingi Silang Monas.
Perkumpulan ini berdiri sejak 1991, setahun setelah mereka sering nongkrong dan berkumpul di seputaran Silang Monas. Seperti usia sepedanya yang sudah lama, para penggemar sepeda tempo doeloe ini juga kebanyakan sudah berumur, bahkan kakeh-kakek. Jarang sekali anggota perkumpulan yang masih ABG, kecuali kelompok sepeda dari Kemayoran. Mereka semuanya anak ABG, makanya sepedanya dicat ulang, ada hijau, kuning, merah, tapi tetap sepeda kuno.
Pada pengguna sepeda onthel ini tidak sekadar bersepeda untuk olahraga tapi juga untuk bergaya. Makanya, sepeda yang dipilih haruslah sepeda tua, bukan sepeda balap atau sepeda gunung, sekalipun dengan merek terkenal. Sepeda tua yang mereka pakai adalah sepeda peninggalan zaman penjajahan dahulu.
(Qur'anul Hidayat)