Idil menyampaikan sejumlah faktor yang membuat suara Golkar tak sesuai target, pertama, jika Golkar menilai akan ada signifikansi dari efek ekor jas karena telah mendukung Jokowi sebagai capres sejak awal, harusnya tidak menjadi patokan. Problem Golkar bukanlah pada faktor dukungan capres, tetapi dinamika di internal Golkar yang mengkondisikan terjadinya penurunan tersebut.
"Kedua, faktor internal yang dimaksud adalah dramaturgi yang diperankan oleh ketum Golkar sebelumnya yang memiliki tendensi untuk dikenang publik yang ntah sadar atau tidak justru ikut menggerus suara Golkar. Diakui atau tidak, publik mengesankan Golkar tidak serius menggarap proyek anti-korupsi dan tetap mempertontonkan perilaku koruptif yang dilakukan ketum sebelumnya," ujarnya.
Ketiga, Golkar juga harus mahfum bahwa kader pecahan Golkar juga menyebar dan membentuk partai sendiri. Dan yang paling mencolok dan cukup mempengaruhi atas menggerusnya suara Golkar adalah hadirnya Partai Berkarya.
"Jika di tahun sebelumnya, publik yang masih berempati dengan nostalgia orde baru menyandarkan pilihan ke Golkar, maka di Pemilu 2019 mereka mengalihkan dukungan ke Partai Berkarya yang jelas merupakan anak kandung langsung dari penguasa orde baru," katanya.
(Arief Setyadi )