"Selama lima tahun terakhir kita harus dorong 2.500 desa mandiri, di akhir tahun 2018 tercapai 2.600 desa mandiri. Dan Entaskan 5.000 desa tertingggal, pada akhir tahun 2018 terentaskan 6.000 desa tertinggal. Lima tahun kedepan target ditambahkan, desa mandiri menjadi 5.000, dan desa tertinggal menjadi 10.000,” terangnya.
“Untuk melaksanakan ini tidak cukup dengan pemerintah desa, kabupaten, provinsi. Hadirnya Forum Pertides ini diperlukan, capain-capain yang sudah dicapai menjadi modal. Ini hasil kerjasama dengan perguruan tinggi. Perguruan Tinggi banyak sekali sumber dayanya yang berperan signifikan dalam mengubah wajah perdesaan," tambahnya..
Sejalan dengan hal tersebut, Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Panut Mulyono mengatakan bahwa pembangunan jika tidak berfokus pada desa maka selamanya akan terjadi ketimpangan antara desa dan kota, jadi sangat tepat membangun dari pinggiran. Forum Pertides ini dinilai bagus karena ada sinergitas antara Kemendes PDTT dengan Perguruan Tinggi dalam membangun desa.
"Bersama-sama antara Perguruan Tinggi dan Kemendes PDTT melakukan percepatan-percepatan demi kemajuan desa-desa. Mahasiswa belajar ke desa, kearifan lokal yang dimiliki desa, beri dorongan motivasi supaya masyarakat desa punya rasa optimistis dan berbuat untuk kesejahteraannya. Desa memiliki potensi yang besar tapi harus dapat sentuhan dari orang-orang yang mendapat pendidikan yang baik. Kita yakin forum ini sangat penting untuk memajukan desa-desa," ungkapnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Forum Pertides yang juga Rektor Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur Akhmad Fauzi mengatakan bahwa Pertides ini yang semula terdiri dari 11 Perguruan Tinggi, sekarang sudah ada 99 Perguruan Tinggi Negeri/Swasta se- Indonesia. Potensi Perguruan Tinggi salah satunya yaitu teknologi-teknologi yang dihasilkan. Dirinya berharap, bahwa dengan adanya teknologi tepat guna, bisa meningkatkan perekonomian masyarakat desa karena bisa mengolah dan memproduksi sendiri.
"Indikator dari kesejahteraan masyarakat yaitu perputaran uang yang ada di desa tidak cepat keluar. Produk-produk lokal bisa kita kembangkan maka perputaran uangnya menjadi lama di desa, tapi jika tidak ada aktivitas ekonomi, pasti uangnya akan keluar dari desa. Jadi, PR kita bersama bagaimana berdayakan masyarakat desa," ujarnya.