“Morotai pernah menggetarkan dunia dengan Perang Dunia II-nya. Morotai juga memiliki underwater yang indah. Semua terjaga. Wreck, shark dan karang yang hidup dan tidak rusak. Morotai yang berada di bibir Laut Pasifik, punya potensi menjadi pusat kegiatan Indonesia di wilayah Asia Pasifik. Dan strategis, dapat dijangkau dari luar negeri hanya dalam 1-5 jam, baik dari Utara, Barat, Selatan, dan Timur. Bandara juga sedang ditingkatkan menjadi Bandara Internasional. Ini akan mendorong peningkatan jumlah kunjungan ke Morotai, meningkatkan jumlah hunian, bisnis properti akan marak,” papar Ari Surhendro.
Dalam beberapa tahun terakhir, pergerakan pariwisata Indonesia melonjak sangat signifikan. Pada 2018, pergerakan wisman mencapai 15,81 Juta orang. Pergerakan itu naik karena pada 2017 arus wisman hanya mencapai 14,04 Juta orang. Secara keseluruhan, arus wisman naik 67,6% pada 2014/2018. Padahal, pada periode 2009/2013 pergerakan wisman hanya naik 39,2%.
Impact secara ekonomi, aliran devisa dari pariwisata sudah berada pada angka USD19,29 Miliar. Angka ini mendekati target devisa USD20 Miliar pada 2019. Lonjakan devisa besar juga diikuti oleh tingginya rata-rata spending wisman di level USD1.220. Padahal, rata-rata kemampuan spending wisman naik USD39,2 dari tahun 2016.
Lebih luas, pariwisata mampu menampung tenaga kerja hingga 12,8 Juta orang pada 2018. Untuk 2014, daya tampungnya 10,1 Juta orang tenaga kerja.
“Sektor pariwisata menjadi tempat berinvestasi paling kompetitif. Sektor ini terus tumbuh dan memberikan banyak value positif secara ekonomi. Lebih lanjut, posisi Morotai sangat menjanjikan. Potensi alam dan budayanya luar biasa. Dukungan infrastrukturnya sangat bagus. Morotai akan terus jadi destinasi utama wisatawan,” tutup Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. (adv)
(Risna Nur Rahayu)