Pentingnya Membangun Masyarakat Inklusif
Keterbatasan tidak menghalangi penyandang disabilitas dalam menjalani aktivitas. Sebab mereka tetap menyuguhkan karya. Bahkan, prestasi pada masyarakat.
Mereka memiliki berbagai keterampilan. Kelebihan tersebut tentu musti diperjuangkan dan dipertahankan agar mereka dapat mengembangkan potensi dalam diri mereka.
Tim Peneliti Remaja CCRR–PKBI Bengkulu periode 1997 ini, berjuang dengan cara memfasilitasi penyandang disabilitas yang menjadi pelaku UKM guna mendapatkan hak atas informasi, terkait akses permodalan untuk peningkatan usaha kecil yang mereka lakoni.
Ibu dari dua orang anak ini, juga memperjuangkan dengan merekomendasikan penyandang disabilitas mengikuti kegiatan Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) RI.
Lalu, sosok perempuan yang menjadi Tim Peneliti CCRR-PKBI Bengkulu periode 1999, ikut andil dalam memfasilitasi kelompok disabilitas di event-event yang diselenggarakan komunitas non difabel. Event ini sharing seiring menjadi ajang promosi karya-karya disabilitas.
Perjuangan lainnya, dari sosok perempuan Peneliti Daerah KPI-MAMPU periode 2013 itu juga berupaya dengan mengadvokasi yang ramah dan menyenangkan. Di mana Irna mengajak kelompok disabilitas ke layanan publik.
Berangkat dari advokasi ramah dan menyenangkan itu kelompok disabikitas banyak belajar. Bahkan, dari pelayan publik juga banyak belajar untuk pembenahan kualitas layanan.
Peneliti daerah 'pengalaman hidup perempuan miskin', KPI-MAMPU periode 2014 ini bersama ketua lintas organisasi disabilitas beraudiensi dengan Kapolda Bengkulu guna menyampaikan persoalan hukum yang bisa melindungi hak-hak disabilitas.
''Membangun masyarakat yang inklusif, penting. Masyarakat yang tanpa ada perbedaan perlakuan dan saling menghormati,'' ujar tim peneliti 'pengaruh media penyiaran terhadap prilaku remaja di provinsi Bengkulu, komisi penyiaran Indonesia daerah (KPID) Bengkulu, periode 2015.
Pengembangan potensi diri penyandang disabilitas tidak hanya sebatas UKM. Namun, sosok tim peneliti nasional, KPI-MAMPU, periode 2016 ini mengembangkan jati diri mereka juga membentuk kelas menulis dengan melibatkan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bengkulu dan Genik.
Penyandang disabilitas dalam pengembang jati diri juga dilibatkan secara langsung. Mereka ikut andil ketika berdiskusi tentang kolaborasi pendataan penyandang disabilitas dan upaya pemberdayaan utk penyandang disabilitas.
Mereka juga diberikan pengetahuan tentang media. Hal tersebut ditandai dengan mendampingi kelompok belajar menulis berkunjung ke salah satu stasiun televisi lokal Bengkulu, difasilitasi AJI Bengkulu.
''Penyandang disabilitas juga menyampaikan aspirasi ke Komisi 1 DPRD Kota Bengkulu, secara langsung. Hanya saja penyampaian aspirasi itu saya bersama rekan-rekan pengurus lintas organisasi disabilitas didampingi,'' terang Irna.