Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Hadiri Syukuran KAHMI, Mahfud MD Curhat Batal Jadi Wapres

Achmad Fardiansyah , Jurnalis-Jum'at, 22 November 2019 |00:15 WIB
Hadiri Syukuran KAHMI, Mahfud MD Curhat Batal Jadi Wapres
Menko Polhukam, Mahfud MD (Foto: Okezone.com/Heru Haryono)
A
A
A

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD menghadiri acara syukuran pelantikan menteri yang diprakarsai oleh Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) di rumah kediaman Penasihat Majelis Nasional KAHMI, Akbar Tanjung.

Tasyakuran ini digelar sebagai wujud rasa syukur atas terpilihnya kader KAHMI menjadi menteri dalam Kabinet Indonesia Maju, Jokowi-Ma'ruf Amin.

Pada kesempatan itu, Mahfud menyinggung soal dirinya yang nyaris saja menjadi cawapres Joko Widodo (Jokowi) pada gelaran Pemilihan Presiden 2019 lalu.

"Terus terang ketika saya enggak jadi wakil presiden, ketika sudah banyak berharap, saya juga berharap, kita juga berharap karena sudah buat baju," ujarnya disambut tawa para tamu undangan yang hadir, Kamis (21/11/2019).

Ketika partai koalisi pendukung Jokowi tidak menghendaki Mahfud menjadi pendamping petahana dalam kontestasi Pilpres 2019, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itupun mengaku pasrah dan legowo.

"Ketika enggak jadi, inilah mengalir. Nanti akan ada aliran lain, karena itu dari Allah. Cerita manusia mengalir sesuai kehendak Allah," kata Mahfud.

Mahfud juga bercerita pengalamannya saat menjadi anggota DPR. Kala itu ia pernah diminta untuk menjadi salah satu menteri di kabinet Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Mahfud mengaku dirinya pernah dipanggil sampai empat kali, namun takdir lagi-lagi berkata lain.

Mahfud MDMahfud MD (Foto: Okezone/Arif Julianto)

"Waktu itu, Tuhan menentukan saya mengalir sampai sini dulu. Ketika saya menjadi anggota DPR waktu Pak SBY jadi presiden, saya sudah dipanggil mau dijadikan menteri waktu itu, waktu periode pertama. 'Nanti Pak Mahfud ikut saya lagi, kalau saya menang'. Dan memang betul, dan dipanggil 4 kali. Tapi enggak jadi (menteri). Dan Tuhan, kira-kira memberi hikmah. Kamu jangan jadi menteri, jadi DPR dulu. Sudah itu nanti kamu mengalir ke suatu tempat yang namanya mahkamah konsitusi, yang lebih bagus dari kabinet," tuturnya.

Ia pun tersadar bahwa segala sesuatu harus melalui proses panjang, dan tidak instan terjadi begitu saja. "Jadi, disebut air mengalir, waktu enggak jadi enggak apa-apa. Saya berpikir tidak sakit hati itu untuk bersabar, berjuang hebat, akhirnya jatuh juga. Kalau saya tidak jatuh cuma enggak jadi masuk. Untuk apa sedih," ucap Mahfud.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement