NIKOSIA - Kepolisian Siprus melakukan penyelidikan lebih mendalam terhadap sebuah ‘van mata-mata’ berteknologi tinggi milik perusahaan pengawasan Israel yang ditemukan di pulau itu. Van itu diyakini memiliki kemampuan meretas ke dalam ponsel cerdas apa pun dari jarak satu kilometer, meski tujuan pasti keberadaannya di sana masih belum diketahui.
Kendaraan misterius itu mulanya menimbulkan keingintahuan setelah ditampilkan dalam laporan Forbes yang memamerkan pengawasan canggihnya, memunculkan pertanyaan mengenai bagaiaman peralatan-peralatan pengawasan canggih tersebut digunakan.
Dimiliki oleh WiSpear, sebuah perusahaan mata-mata Israel yang terdaftar di Siprus, van berteknologi tinggi itu berisi alat pengintai bernilai sekira USD9 juta. Menurut pendiri WiSpear, teknologi itu dapat menembus hampir semua aplikasi ponsel pintar, termasuk pesan, teks, panggilan, dan kontak WhatsApp dan Facebook.
Video: Forbes/YouTube.
Dillian, seorang veteran 24 tahun dari dinas intelijen militer Israel, mengklaim perusahaannya menghasilkan "banyak uang" dari kesenjangan yang semakin lebar antara teknologi mata-mata dan enkripsi. Dia menambahkan bahwa ia memperkirakan akan lebih banyak uang yang digelontorkan ketika pemerintah berjuang untuk menemukan "pintu belakang ”ke aplikasi pengirim pesan digital.
Diwartakan RT, Jumat (29/11/2019), sebuah penyelidikan diluncurkan awal bulan ini mengenai apakah van itu melanggar undang-undang privasi diperluas. Pada Kamis, Jaksa Agung Costas Clerides mengumumkan dia akan menunjuk seorang penyelidik independen untuk kasus, yang terus membingungkan otoritas itu.
Setelah penggeledahan di markas WiSpear di Kota Larnaca awal November, van itu disita dan tetap berada dalam tahanan polisi, meskipun masih belum jelas apakah ada bukti tambahan yang muncul. Setelah pertemuan membahas masalah tersebut pekan lalu, Presiden Nicos Anastasiades mengatakan dia akan "tidak pernah menolerir" pelanggaran privasi warga negara mana pun.
WiSpear telah membantah semua tuduhan tersebut dan menegaskan van itu tidak digunakan untuk tujuan mata-mata, atau menyewakan kepada pihak ketiga. WiSpear mengklaim perusahaan itu menjadi korban dari "perburuan penyihir."
"Kami ingin menyatakan kembali bahwa mobil itu tidak aktif di dalam wilayah Cypriot selain untuk keperluan demo dan uji lapangan saja, semata-mata pada perangkat milik perusahaan," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan pekan lalu.
(Rahman Asmardika)