Dari keterangan saksi maupun punggawa keraton, kolam pemandian itu tak digunakan setiap waktu. Mereka memilih hari pasaran Kliwon (dalam penanggalan Jawa), untuk memulai ritual di kolam pemandian.
"Ternyata mereka melaksanakan ritual mandi di kolam itu pada saat Kliwon, artinya Selasa Kliwon, Jumat Kliwon," terangnya.
"Kemudian apa yang dilakukan, yaitu berendam di kolam itu. Dari sisi tengah itu untuk raja dan ratu, sisi timur itu untuk laki-laki, sisi barat untuk yang perempuan. Lalu di kolam ditaburi bunga-bunga," jelasnya.
Pada saat ritual juga disertai dengan pembakaran dupa atau kemenyan. "Kemudian membakar dupa, berdoa. Itu yang mereka lakukan. Baru setelah itu dari kolam mereka menuju ke batu prasasti yang dianggap sebagai batu bersejarah peninggalan kerajaan," pungkasnya.
(Khafid Mardiyansyah)