SURABAYA – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta pada seluruh guru agar tidak lengah dalam mengawasi siswanya di sekolah. Imbauan itu dikeluarkan menyusul kasus dugaan perundungan atau bullying yang dialami MS (12) siswa SMPN di Malang hingga jarinya diamputasi.
Guru kelas, guru mata pelajaran, bukan hanya bertanggung jawab pada prestasi akademik siswa,tapi guru juga ikut memiliki tanggung jawab pada perilaku dan interaksi antarsiswa di sekolah, termasuk pergaulan mereka.
"Jika ada indikasi yang menyimpang, termasuk ada indikasi perundungan, diharapkan guru bisa gerak cepat untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Jangan sampai kejadian perundungan baru diketahui dan dihentikan ketika sudah ada jatuh korban," tutur Khofifah, Kamis (6/2/2020).
Tidak hanya itu, sambung Khofifah, juga menekankan pentingnya fungsi konseling di sekolah. Menurutnya konseling fungsinya sangat penting untuk mengomunikasikan masalah-masalah yang terjadi pada siswa di sekolah.
"Jika fungsi konseling ini berjalan baik, siswa akan terbiasa untuk menceritakan masalah yang mereka hadapi pada gurunya atau konselor sebayanya. Ini menjadi penting, agar hal-hal yang tidak kita inginkan bisa dicegah lebih awal," tutur Khofifah.
Sebagaimana ramai diberitakan, kasus perundungan pada siswa SMP berusia 12 tahun di Kota Malang sempat viral di media sosial. Seorang siswa berinisial MS mengalami perundungan oleh teman sebayanya.
Baca Juga : Kasus Bullying Pelajar SMP, Pemkot Malang Siapkan Sanksi untuk Sekolah
MS di-bully dengan kekerasan yang menyebabkan saraf jari tengah tangan kanannya tidak berfungsi. Hingga tim dokter rumah sakit memutuskan agar jari tengah MS tersebut harus diamputasi. Kasus perundungan pada MS kini juga ditangani oleh pihak yang berwajib.
(erh)