NEW YORK - Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada Selasa 11 Februari 2020, meminta kepada Dewan Keamanan PBB untuk tidak menerima usul perdamaian yang disampaikan Presiden Amerika Donald Trump, tetapi membuka kemungkinan perundingan dengan Israel.
“Rencana ini, atau bagian apapun dari rencana ini, seharusnya tidak dipertimbangkan sebagai sebuah rujukan internasional bagi perundingan,” ujar Abbas di markas DK PBB di New York, AS.
“Ini merupakan rencana pencegahan yang dilakukan Israel-Amerika untuk mengakhiri masalah Palestina.”
Dalam pidato yang berapi-api selama 35 menit di ruang Dewan Keamanan PBB yang dipadati para diplomat, Abbas menunjukkan kemarahannya pada wilayah yang diusulkan sebagai negara Palestina di masa depan. Abbas memegang sebuah peta dan mengatakan ini tampak seperti “keju Swiss.” Keju Swiss adalah sejenis keju yang penuh lubang-lubang.
“Siapa di antara Anda yang akan menerima negara dan kondisi seperti ini?” tanyanya.
Baca juga: AS Peringatkan Israel Tak Buat Klaim Kedaulatan Sepihak di Tepi Barat
Baca juga: Uni Eropa Tolak Rencana Perdamaian Timur Tengah Trump
Berdasarkan usul perdamaian yang diajukan Amerika itu, Trump mengatakan Palestina akan memiliki luas wilayah yang “dua kali lipat,” tetapi harus menyerahkan sekitar sepertiga Tepi Barat kepada Israel agar memiliki perbatasan di timur. Sebagai gantinya, pemerintah Amerika mengusulkan agar Palestina mengambil dua bidang tanah terpisah di gurun Negev.
“Rencana ini tidak akan membawa perdamaian atau stabilitas ke kawasan itu, dan oleh karena itu kami tidak akan menerima rencana ini. Kami akan menentang penerapan rencana ini di lapangan,” tegasnya.
Sementara soal insentif ekonomi bernilai 50 miliar dolar yang ada dalam usul perdamaian itu, Abbas mengatakan harus ada solusi politik sebelum solusi ekonomi.
Abbas: Amerika Tidak Lagi Bisa Jadi Satu-Satunya Mediator
Pemimpin Palestina itu mengatakan Amerika tidak lagi bisa menjadi satu-satunya mediator dalam isu Timur Tengah. Ia menyerukan dilangsungkannya konferensi internasional yang akan menghidupkan kembali “Kuartet Timur Tengah” yang terdiri dari Amerika, Rusia, Uni Eropa dan PBB.
“Dalam saat bersejarah ini, saya sekali lagi ingin mengulurkan tangan untuk perdamaian, sebelum kita menyia-nyiakan kesempatan final ini. Saya berharap dapat menemukan mitra nyata di Israel,” ujarnya.
Abbas mengatakan ia siap memulai perundingan di bawah sponsor kuartet Timur Tengah dan berdasarkan parameter yang disepakati secara internasional.
“Saya serius! Saya siap datang ke PBB dan memulai kembali perundingan ini segera,” tegasnya.