PADANG – Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat Novrial mengatakan dampak virus korona (Covid-19) terhadap wisata di sana sejauh ini baru terlihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS). Dilaporkan angka kunjungan wisman menurun pada Januari–Februari 2020 sebesar 16 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Namun dari pengalaman sebelumnya pada triwulan 1 memang kondisi low season dan baru bisa dilihat dampaknya pada triwulan 2," jelasnya, Sabtu (14/3/2020).
Ia mengatakan, langkah ke depan yang dilakukan Disparprov Sumbar adalah optimalisasi potensi wisatawan Nusantara, perantau, dan pelaksanaan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) di sana.
"Optimalisasi potensi wisatawan di Sumbar, baik melalui pendekatan dan promosi langsung maupun dukungan event pariwisata dan ekraf yang dilakukan berbagai pihak di luar Sumatera Barat. Sampai Maret 2020, beberapa kegiatan dan event sudah dilakukan di Jakarta, Jambi, dan Pekanbaru," ungkap Novrial.
Disparprov Sumbar juga melakukan koordinasi dengan unsur industri, akademisi, komunitas, serta media pariwisata (pentahelix) untuk memberikan sosialisasi untuk meyakinkan masyarakat dan wisatawan bahwa Sumbar adalah daerah aman untuk dikunjungi.
"Koordinasi juga dilakukan dengan pihak terkait lainnya, seperti Angkasa Pura terkait optimalisasi SOP kedatangan wisatawan, dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan BIM tentang optimalisasi penggunaan thermo-scan communal di bandara dan termometer infrared di Pelabuhan Muaro dan Bungus, serta dengan Dinas Kesehatan dan rumah sakit sekiranya terdeteksi adanya suspect," paparnya.
Ia melanjutkan, keseriusan pemerintah juga terlihat dengan reaksi cepat melaksanakan rapat koordinasi lintas pelaku dalam mengantisipasi ekses Covid-19 serta peninjauan langsung kesiapan penanganan suspect pada beberapa rumah sakit milik Pemprov dan RSUP M Jamil.
"Khusus pada pentahelix kepariwisataan Sumbar juga sudah punya komitmen bersama untuk meningkatkan koordinasi dalam rangka menciptakan rasa aman dan nyaman, baik bagi wisatawan yang berkunjung maupun pelaku pariwisata dan masyarakat di objek wisata yang berinteraksi langsung dengan wisatawan," terangnya.
(Hantoro)