Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Lepas Jabatan KSAU, Ini Sederet Capaian Marsekal TNI Yuyu Sutisna

Fahreza Rizky , Jurnalis-Rabu, 20 Mei 2020 |11:11 WIB
Lepas Jabatan KSAU, Ini Sederet Capaian Marsekal TNI Yuyu Sutisna
Marsekal TNI Yuyu Sutisna (Foto: Instagram @militer.udara)
A
A
A

JAKARTA – Marsekal TNI Yuyu Sutisna resmi melepas jabatan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) per hari ini, Rabu (20/5/2020). Posisinya digantikan oleh Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, yang baru saja dilantik oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jakarta.

Sejak dua tahun empat bulan memimpin matra udara, Marsekal TNI Yuyu Sutisna memiliki segudang prestasi yang dicapai. Pertama, Yuyu mampu mempertahankan kondisi zero accident. Hal ini didapat dari hasil kerja keras serta komitmen pembangunan safety culture dalam diri personel TNI AU.

“Lebih membanggakan lagi, bahwa zero accident ini diraih saat eskalasi kuantitas dan kualitas operasi serta latihan TNI Angkatan Udara yang terus bertambah,” kata Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau), Marsekal Pertama (Marsma) TNI Fajar Adriyanto melalui keterangan tertulisnya.

Fajar menuturkan, berkat kerja keras seluruh personel di berbagai jajaran, laporan pertanggungjawaban keuangan TNI AU pada Tahun Anggaran 2018, mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK RI.

Itui menjadi bukti bahwa pengelolaan keuangan TNI AU semakin baik dan akuntabel. Selain itu, kesejahteraan prajurit dapat ditingkatkan dengan adanya kenaikan tunjangan kinerja hingga 70% pada tahun 2019.

Marsekal TNI Yuyu Sutisna. (Foto: Ig @militer.udara)

Selaras dengan hal tersebut, dalam bidang perencanaan dan anggaran, TNI AU telah berhasil menurunkan escrow account secara signifikan pada Tahun Aggaran 2019. Penurunan itu sebesar Rp436 miliar, dari semula sebesar Rp1,215 triliun pada tahun anggaran 2018, menjadi Rp779 miliar pada tahun anggaran 2019.

“Hal ini menunjukkan kualitas perencanaan anggaran kita semakin baik dan akuntabel,” tutur Fajar.

Berikutnya, pada pelaksanaan Operasi Militer Selain Perang (OMSP), TNI AU berhasil menunjukkan kontribusinya bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi bencana alam yang terjadi, dengan melakukan berbagai operasi dukungan seperti:

Baca juga: Jokowi Resmi Lantik Yudo Margono-Fadjar Prasetyo Menjadi KSAL dan KSAU

Operasi penanggulangan bencana gempa bumi Lombok, 29 juli 2018, gempa dan tsunami Palu-Donggala 28 September 2018, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau dan Kalimantan Tahun 2019, tsunami Banten 22 Desember 2018, banjir bandang Sentani Jayapura 16 Maret 2019.

Selanjutnya, operasi dukungan dalam rangka pengamanan Pilpres 17 April 2019, operasi pengendalian banjir dengan teknologi modifikasi cuaca (TMC) pada awal 2020, dan operasi penanggulangan pandemi Covid-19 pada 2020.

Selain operasi dukungan, TNI AU juga terus melaksanakan tugasnya untuk mempertahankan dan mengamankan wilayah udara nasional melalui berbagai operasi tempur. TNI AU mampu mencegah, mendeteksi, bahkan melaksanakan force down, terhadap berbagai pelanggaran di wilayah udara nasional, bahkan juga mampu melaksanakan operasi udara malam hari, termasuk night intercept dan night surface attack dengan Night Vision Google (NVG).

“Alutsista TNI Angkatan Udara pun mampu mendukung operasi di darat dan laut dengan baik. Operasi UAV semakin efektif dan meluas mulai dari pengamanan pemilu, mendukung SAR, hingga dapat mendukung operasi mengatasi pemberontakan bersenjata,” tutur Fajar.

Operasi Pengamatan dan Pengintaian Maritim saat ini telah menjadi tulang punggung operasi TNI untuk menemukan pelanggaran di wilayah perbatasan laut Natuna Utara.

Pada bidang latihan, di tahun 2018, TNI AU turut berpartisipasi pada latihan pertempuran skala besar Pitch Black di Australia, ini membuktikan kemampuan awak pesawat dan alutsista TNI AU telah setara dengan Angkatan Udara maju.

Beralih ke latihan Angkasa Yudha. Pada tahun 2018, latihan ini menjadi war gaming pertama yang bersifat dua pihak dikendalikan. Selanjutnya di tahun 2019, untuk pertama kalinya TNI AU dapat melaksanakan latihan pertempuran udara secara masif, dengan melibatkan lebih dari 60 pesawat udara, dengan skema dua pihak dikendalikan.

Berbekal peningkatan dalam latihan Angkasa Yudha tahun 2018 dan 2019 itulah, TNI AU dapat melaksanakan Latihan Gabungan TNI berupa pengendalian multiplatform dengan Large Force Employment berskala besar, sehingga dapat menunjukkan profesionalisme prajurit TNI Angkatan Udara.

Pencapaian berikutnya, lanjut Fajar, adalah validasi organisasi. Hal ini merupakan upaya untuk meningkatkan unity of command dan span of control di dalam tubuh TNI Angkatan Udara. Hasilnya, hadirnya tiga komando utama yaitu Koopsudnas, Kodiklatau, dan Koharmatau sebagai bentuk peningkatan dan penyederhanaan struktur organisasi TNI AU, sehingga organisasi akan menjadi lebih modern, efektif, dan efisien.

“Melalui Peraturan Presiden Nomor 66 tahun 2019 dan Peraturan Panglima TNI Nomor 37 Tahun 2019 tentang organisasi TNI berbagai satuan baru pun terbentuk, diantaranya: Wingdiktek, Wingdikkal, Yonkes Denma Mabesau, Skadik 304, Skadron Udara 27, Skadron Udara 33, Lanud Hang Nadim Batam, kemudian Depohar 80 yang terdiri dari Sathar 81, 82, 83, serta pembentukan Sathar 24, 43, 54, dan 55,” papar Fajar.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement