JAKARTA – Dedi Supriyadi tak bisa mudik ke kampungnya di Banjar, Jawa Barat untuk berlebaran dengan orangtua dan keluarganya. Petugas kamar mayat Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Pusat ini harus merelakan momentum itu lewat karena ada tugas yang harus dijalankan.
Sudah 30 tahun, Dedi bekerja di kamar mayat. Sejurus kemudian dia sering kali tak bisa berada di tengah keluarga saat lebaran termasuk pada Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah, karena tugasnya tak mengenal waktu, apalagi di tengah pandemi Covid-19.
"Itu biasa," kata Dedi menuturkan tentang kerjanya kepada Okezone, Minggu (24/5/2020).
Namanya manusia, Dedi kadang sedih harus jauh dari keluar saat lebaran. Namun, dia berupaya tegar karena tugasnya adalah melayani masyarakat yang membutuhkan di rumah sakit.
"Saya kadang merasa sedih, ya yang namanya momen hari raya itu kan biasanya orang kumpul dengan sanak saudara dari mana-mana datang seperti itu apalagi saya sendiri kan di daerah Banjar orang tua. Keluarga besar itu disana. Biasanya kita kumpul dari mana-mana datang semua pada silaturahmi sedangkan kita enggak bisa," tuturnya.

Pada awal bertugas di kamar mayat, Dedi sempat diprotes oleh keluarganya karena tak bisa setiap waktu bisa berkumpul dengan mereka. Namun, dia terus memberi pemahaman tentang tugasnya dan akhirnya keluarga bisa menerima.
“Kita harus mendahulukan dari pekerjaan," ungkapnya.
Dedi mengutamakan pelayanan dalam bertugas. Sebagai pengurus kamar mayat yang sering berhadapan dengan jenazah, Dedi menjadikan pekerjaannya sebagai ladang ibadah sehingga bisa menikmati walau harus jauh dengan keluarga.
"Kita harus melayani masyarakat terus gini mungkin kami juga sadar karena kami melayani di kamar jenazah kematian itu tidak mengenal waktu hari raya, hari libur dan sebagainya, di situlah mungkin kita sangat prihatin dengan tidak kumpul pas hari raya dengan keluarga,” ujarnya.
Dedi puas dengan pekerjaan mengurus jenazah dan merasa dirinya berguna bagi yang lain. Terlebih bisa membantu orang yang sedang kehilangan sanak keluarganya.
"Kita bisa melayani masyarakat apalagi pada momen semacam hari raya ini merupakan kepuasan tersendiri," ucapnya.
Sekali waktu Dedi pernah merasakan saat hendak Salat Id, tiba-tiba dapat panggilan tugas bahwa ada mayat dengan kondisi tak utuh yang sedang dibawa ke kamar jenazah. Artinya dia harus segera menyambut untuk diurus sesuai syariat. Dia pun buru-buru balik ke RSCM.
“Mau enggak mau saya harus utamakan itu, karena prinsip saya (pelayanan) itu yang utama," ucapnya.
Dedi pun mengurus jenazah itu mulai dari memandikan, mengkafani hingga menyalatkan. Apa yang dilakukannya adalah fardhu khifayah, artinya dengan Dedi melakukannya maka dosa Muslim yang lain sudah terampuni.
"Saya udah panggilan jiwa di sini, biarin dibilang bang Toyib juga, mudik atau berkumpul dengan keluarga kan bisa di lain waktu, mudah-mudahan ini jadi ladang ibadah buat saya dan keluarga saya yang selalu bersabar dan mengerti," tutupnya.
(Salman Mardira)