JAKARTA – Presiden ke-43 Amerika Serikat (AS) George W Bush angkat bicara mengenai rasisme, penindasan, dan empati menyusul demonstrasi anti-rasisme dan kekacauan yang melanda Negeri Paman Sam dalam sepekan terakhir.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis NBC News, Bush mengatakan bahwa dia dan istrinya merasa “sangat sedih” karena kematian pria Afrika-Amerika George Floyd, yang kematiannya oleh polisi di Minneapolis telah memicu gelombang demonstrasi, serta "ketidakadilan dan ketakutan yang mencekik AS”. Dia kemudian berbicara tentang "rasisme sistemik" dan "doktrin dan kebiasaan superioritas rasial."
"Kita hanya bisa melihat kenyataan kebutuhan Amerika dengan melihatnya melalui mata yang terancam, tertindas, dan kehilangan hak pilih," tulis Bush.
“Ada cara yang lebih baik - cara empati, dan komitmen bersama, dan tindakan berani, dan perdamaian yang berakar pada keadilan. Saya yakin bahwa bersama-sama, orang Amerika akan memilih cara yang lebih baik,” kata mantan Presiden AS itu.
Former President George W. Bush statement on George Floyd: pic.twitter.com/VtEDTIXqyE
— NBC News (@NBCNews) June 2, 2020
Pernyataannya segera ditafsirkan sebagai kecaman terselubung terhadap Presiden Donald Trump dan tanggapannya terhadap kerusuhan yang terjadi saat ini, yang awalnya berlangsung sebagai demonstrasi damai pekan lalu.
Bush juga berbicara tentang kekerasan yang telah mengguncang kota-kota di seluruh AS selama sepekan terakhir.
"Penjarahan bukanlah pembebasan, dan kehancuran bukanlah kemajuan," tulisnya.
Banyak yang memuji pernyataan Bush tersebut, termasuk sekelompok politisi Partai Republik yang menentang Trump, dan beberapa jurnalis dan perusahaan media. Namun, banyak juga yang tampaknya masih belum bisa memaafkan Bush atas “dosa” yang dia perbuat saat memerintahkan invasi ke Irak pada 2003, menganggapnya bertanggungjawab atas penderitaan jutaan warga negara Timur Tengah itu saat ini.