WASHINGTON DC - Gambia telah menuntut penyelidikan "kredibel" setelah putra seorang diplomatnya ditembak mati oleh polisi Amerika Serikat (AS).
Menurut penyelidikan awal Biro Investigasi Georgia (GBI), Momodou Lamin Sisay (39) ditembak setelah pengejaran mobil di Georgia pada Jumat pagi (29/5/2020). Dia dinyatakan meninggal di tempat kejadian.
Polisi mengatakan Sisay mengeluarkan senjata dalam insiden itu.
Penyelidik Georgia mengatakan bahwa sekitar pukul 03:49 pagi, seorang petugas polisi di Snellville, Georgia berusaha menghentikan kendaraannya tetapi kendaraan itu tidak berhenti, dan pengejaran pun terjadi.
"Petugas mendekati kendaraan dan memberikan perintah verbal agar pengemudi menunjukkan tangannya. Sopir tidak mematuhi... pengemudi mengarahkan pistol ke petugas. Petugas menembaki pengemudi dan mundur untuk berlindung di belakang kendaraan patroli mereka," demikian kata penyelidik sebagaimana dilansir BBC, Kamis (4/6/2020).
Tim Swat dipanggil dan "selama kebuntuan, pengemudi mengarahkan senjatanya dan menembaki para petugas SWAT. Seorang petugas SWAT Departemen Kepolisian Georgia menembakkan senjatanya," mereka menambahkan.
Menurut laporan media setempat, Lare Sisay, ayah korban yang bekerja di PBB, mengatakan polisi tidak berbuat cukup untuk menyelesaikan situasi dengan damai, dan juga membantah bahwa ia memiliki senjata.
"Kami akan melakukan otopsi independen dan kami ingin meminta penyelidik swasta untuk menyelidiki keadaan kematiannya dan jika perlu menyewa seorang pengacara untuk menuntut polisi negara bagian Georgia. Kami tidak akan membiarkannya pergi," kata surat kabar The Point mengutip. dia mengatakan.
Pada Selasa (2/6/2020), Kementerian Luar Negeri Gambia meminta kedutaan besarnya di Washington DC untuk "melibatkan otoritas AS yang relevan termasuk Departemen Luar Negeri untuk mencari penyelidikan yang transparan, kredibel dan obyektif".