Sri menceritakan berdasarkan kisah dari para sesepuh terdapat 38 orang gerilyawan yang meninggal dunia dengan naas. Para pejuang gerilyawan ini tak sempat menghindar serangan mendadak dari para tentara sekutu dan Belanda yang tiba dari seluruh penjuru atas bukit.
"Dari cerita sesepuh dulu ada 38 orang gugur dan dimakamkan di taman makam pahlawan yang terdapat di tempat sebelum masuk Coban Jahe," tuturnya.
Kisah kelam di sekitaran Coban Jahe diakui Pegiat Sejarah Malang, Eko Rody Irawan, dimana disebutkan bahwa pada tanggal 22 Desember 1948 terdapat sekitar 150-an dipimpin oleh Kapten Sabar Soetopo. Para gerilyawan ini terjebak di hutan – hutan Kalijahe dan lembahnya saat akan menyeberang ke Desa Tosari, Probolinggo melintasi lautan pasir Gunung Bromo.
“Mereka sengaja masuk ke hutan – hutan kalijahe untuk menghindari intaian pesawat – pesawat Belanda saat menuju Tosari, karena kebetulan pasukan Belanda waktu itu sudah menguasai wilayah Tumpang. Namun karena terjebak di hutan kalijahe selama dua hari hingga akhirnya diserang hingga banyak yang gugur di sana,” pungkasnya.
(Rahman Asmardika)