Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Direct Call Ekspor, Gebrakan Gubernur Olly Wujudkan Mimpi Masyarakat Sulut

Subhan Sabu , Jurnalis-Kamis, 24 September 2020 |04:04 WIB
Direct Call Ekspor, Gebrakan Gubernur Olly Wujudkan Mimpi Masyarakat Sulut
Gubernur Sulut Olly Dondokambey memberikan sambutan saat launching direct call ekspor di Bandara Sam Ratulangai, Rabu (23/9/2020). (Okezone/Subhan Sabu)
A
A
A

MANADO – Di ulang tahun ke 56 Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), Gubernur Sulut Olly Dondokambey memberikan kado spesial dengan keberhasilannya menjadikan Manado sebagai hub kargo Indonesia Timur kegiatan ekspor ke Jepang berupa adanya penerbangan langsung dari Bandara Sam Ratulangi menuju tujuan ekspor mayoritas Provinsi Sulut yakni Jepang (Direct Call Ekspor).

Penerbangan langsung ini menjadi mimpi lama masyarakat Sulut yang menghendaki barang ekspornya langsung menuju Jepang dan China. Kegiatan ekspor dan impor khususnya terkait ekspor hasil alam seperti hasil pertanian dan kelautan serta perikanan selama ini tidak langsung dilakukan dari Manado, tetapi dilakukan melalui wilayah lain seperti Jakarta dan Bali.

Khusus ekspor kelautan dan perikanan Provinsi Sulut yang melalui Bandara Sam Ratulangi, tujuan ekspor mayoritas adalah 80% ke Jepang. Namun, sangat disayangkan kegiatan ekspor yang dilakukan harus melalui Bandara Soekarno Hatta di Banten dan bandara Ngurah Rai di Bali dan membutuhkan waktu sekitar 24-30 jam (termasuk waktu transit) agar barang tersebut sampai ke Jepang.

Padahal secara letak geografis, Bandara Sam Ratulangi jauh lebih dekat dengan Jepang (hanya 5,5-6 jam). Dengan demikian apabila ekspor dilakukan melalui Jakarta dan Bali maka akan terlihat barang ekspor bolak balik saja melalui Kota Manado.

Dampak lain dari kegiatan ekspor yang harus melalui Jakarta dan Bali adalah biaya logistik yang tinggi karena waktu tempuh yang lama, Kualitas barang menurun karena lamanya waktu perjalanan, seringnya pembatalan ekspor yang diakibatkan tidak mendapat slot kargo maskapai penerbangan.

Semua hal tersebut pada akhirnya akan menurunkan daya saing dari produk ekspor Sulut dibandingkan dengan produk dari negara lain. Oleh karena itu, untuk mewujudkan direct call ekspor, perlu adanya sinergitas antara instansi terkait.

Dengan didukung penuh Gubernur Olly, maka Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) Sulawesi Bagian Utara (Sulbagtara) beserta jajaran melakukan sinergi dengan semua instansi yang terkait di provinsi Sulut seperti BKIPM Manado, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Komandan Lanud Sam Ratulangi, Para Eksportir, Angkasa Pura, Otoritas Bandara serta para agen penerbangan.

Serangkaian kegiatan pertemuan dan koordinasi baik secara informal maupun formal bersama Gubernur Olly dan Pimpinan Garuda Indonesia, akhirnya direct call ekspor bisa terwujud dengan secara perdana melakukan ekspor pada Rabu, 23 September 2020.

"Terima kasih atas koordinasi semua stakeholder lebih khusus bagi Garuda Indonesia yang memberikan ruang bagi masyarakat sulut dalam rangka meningkatkan perekonomian khususnya di bidang kelautan sehingga hari ini kita bisa menyaksikan ekspor perdana ini," kata Gubernur Olly dalam sambutannya pada launching perdana Direct Call Ekspor, Rabu (23/9/2020).

Gubernur Sulut Olly Dondokambey saat launching perdana direct call ekspor di Bandara Sam Ratulangi, Rabu (23/9/2020). (Okezone/Subhan Sabu)

Untuk ekspor awal akan dilakukan sekali dalam satu minggu di setiap hari Rabu menggunakan Pesawat Airbus A330-200 Flight Number GIA - 8800 / GIA-8810 dengan ETD 23.40 dengan perkiraan waktu tempuh 5,5 sampai 6 jam dengan batas minimum daya angkut sebanyak 5 ton dan batas maksimal daya angkut sebanyak 15 ton.

"Hari ini kita bersyukur bisa mengekspor ikan tuna 10 ton dan contoh 100 kilogram ikan nila. Jadi para petani peternak ikan air tawar karena kita sudah mulai buka penerbangan ke Jepang ekspor ikan nila," ujar Gubernur Olly.

Dengan adanya direct call ekspor ini, selain manfaat berupa kecepatan waktu pengiriman dan terjaminnya kualitas barang, eksportir akan diuntungkan dengan menurunnya biaya logistik dengan perkiraan 35-50%. Besarnya penurunan biaya logistik ini tentu saja akan berpengaruh terhadap daya saing produk Sulut di Negara Jepang.

Harapan selanjutnya setelah ekspor perdana ini akan terus berkesinambungan, jumlah penerbangan bisa diperbanyak, tidak hanya satu kali satu minggu tapi bisa lebih dari satu kali dalam satu minggu serta terbentuknya interkoneksi yang menghubungkan bandara Sam Ratulangi dengan bandara di daerah Indonesia Timur dan Tengah seperti Makasar, Gorontalo, Ternate, Luwuk, Ambon dan Sorong.

Baca Juga : Makna di Balik Gubernur Olly Pakai Pakaian Adat Sangihe saat HUT Ke-56 Sulut

"Direct call ekspor tidak hanya ke Jepang tapi bisa juga ke Daerah Utara Lainnya seperti China, Korea Selatan, Filiphina dan Honolulu. Bandara Sam Ratulangi akhirnya akan menjadi superhub untuk wilayah Indonesia Timur dan Tengah sesuai yang diinginkan Presiden Joko Widodo dan tentunya masyarakat Sulawesi Utara," tutur Olly.

Baca Juga : HUT Ke-56 Sulut, Gubernur Olly: Kita Bantu Masyarakat Lewati Masa Sulit Ini

(Erha Aprili Ramadhoni)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement