GUATEMALA – Setidaknya 50 orang telah tewas akibat tanah longsor di Guatemala setelah hujan lebat dan angin kencang yang dibawa Badai Eta menghantam negara Amerika Tengah itu.
Presiden Guatemala Alejandro Giammattei mengatakan sekira setengah dari angka kematian itu terjadi di San Cristobal Verapaz, di mana sebuah lereng bukit runtuh dan mengubur sekira 20 rumah di bawah lumpur tebal.
BACA JUGA: Badai Zeta Terjang AS, Tewaskan Setidaknya 6 Orang
Eta mendarat di Nikaragua yang bertetangga dengan Guatemala Eta sebagai badai Kategori Empat dengan kecepatan angin 225km / jam dan hujan lebat pada Selasa (3/11/2020). Badai itu kemudian melemah menjadi depresi tropis saat pindah ke negara tetangga Honduras dan kemudian Guatemala.
Dalam konferensi pers Kamis (5/11/2020) Giammattei mengatakan Eta membawa hujan deras dan kerusakan, termasuk di Kota San Cristobal Verapaz yang terdampak paling parah. Setengah dari jumlah korban tewas yang dilaporkan berasal dari kota itu.
Hujan deras yang masih turun membuat petugas penyelamat tidak dapat mencapai itu.
"Saat ini, kami mencoba untuk pergi ke sana dengan berjalan kaki karena tidak ada jalan lain," kata Giammattei sebagaimana dilansir BBC.
Eta diyakini telah menewaskan lebih dari 70 orang di seluruh wilayah Amerika Tengah, demikian dilaporkan kantor berita Reuters.
BACA JUGA: Filipina Diterjang Topan Terkuat 2020, Setidaknya 10 Tewas
Di Nikaragua, puluhan ribu orang dievakuasi ke tempat penampungan sebelum badai melanda. Di pantai utara negara itu, dua pria tewas ketika tanah longsor mengubur tambang tempat mereka bekerja.
Sementara di negara tetangga Honduras, seorang gadis berusia 13 tahun meninggal di Kota San Pedro Sula ketika tembok rumahnya runtuh ke tempat tidur tempat dia tidur.