Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Ikatkan Diri dengan Balok Beton dan Rantai, Anak Jutawan Bunuh Diri Lompat ke Sungai

Susi Susanti , Jurnalis-Rabu, 06 Januari 2021 |07:57 WIB
Ikatkan Diri dengan Balok Beton dan Rantai, Anak Jutawan Bunuh Diri Lompat ke Sungai
Foto: Daily Mail
A
A
A

INGGRIS – Anak jutawan bunuh diri dengan mengikatkan dirinya pada balok beton dan rantai kemudian melompat ke Sungai Thames, Inggris.

Alexander Stern melakukan aksi mekat ini setelah sebelumnya berjuang melawan kecanduan narkoba.

Melalui hasil penyelidikan diketahui Alexander dilaporkan hilang oleh keluarganya, termasuk ayahnya Ronald Stern, seorang taipan alat tulis yang memiliki salah satu koleksi Ferrari terbaik Inggris. Dia ditemukan tiga hari setelah dia menghilang pada 11 Januari lalu.

Pria berusia 36 tahun itu naik taksi seharga 120 poundsterling (Rp2,3 juta) dari London ke Berkshire di Sonning dan terakhir terlihat di sebuah pub.

Penyelidik polisi menemukan ransel yang berisi barang-barang milik Alexander, namun tidak ada tanda-tanda keberadaannya.

Tak lama kemudian, mayatnya ditemukan terapung di permukaan air 1,3 mil di hilir dan terlihat oleh seorang pengayuh kano pada 4 April tahun lalu.

Penyelidikan mengungkapkan Alexander telah bertemu dengan saudara perempuannya Emily Stern pada 9 Januari untuk makan malam. Lalu esok paginya dia menarik duit sebesar 20.000 poundsterling (Rp379 juta) dari cashpoint.

Dia pun memesan kamar di Crowne Plaza Hotel di Battersea untuk menginap selama tiga malam. Lalu pergi ke Sonning dan terlihat di pub Bull Inn pada malam tanggal 11 Januari. Dia berada di pub ini selama satu jam kemudian pergi.

(Baca juga: Saudi dan Pimpinan Negara Teluk Akhiri Embargo Qatar)

Petugas koroner mengatakan pemeriksaan post mortem pada mayatnya yang sudah membusuk secara menyeluruh menyimpulkan penyebab kematiannya tidak diketahui.

Dokumen identitas termasuk paspor dan SIM Eropa ditemukan di saku mantelnya.

Asisten koroner Berkshire Alan Blake menyimpulkan pemeriksaan jika Alexander berniat untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

“Alexander Stern adalah seorang pria muda berusia 36 tahun yang memiliki riwayat kesehatan mental yang bermasalah,” terangnya, dikutip Daily Mail.

“Meskipun ia ternyata memiliki sejumlah kemampuan dan kekayaan, namun kehidupan dewasanya tidak memberikan kesuksesan dan stabilitas yang tampaknya ia dambakan,” ujarnya.

Antara 2016 dan 2019, Alexaner dikabarkan menggunakan warisan yang dia terima dari neneknya untuk bepergian ke Maroko, Spanyol, Portugal hingga Amerika Selatan. Ibunya Susan mengatakan selama perjalanan ini, dia diyakini telah menggunakan obat-obatan yang mengubah kondisi mentalnya.

Penyelidikan menyatakan Alexander mulai menghadiri pertemuan Narcotics Anonymous sekembalinya ke London pada September 2019. Dia didiagnosis dengan ADHD dan gangguan kepribadian yang tidak stabil secara emosional.

Pada awal Januari tahun lalu, dia sempat memberi tahu ibunya jika dia naik banyak taksi ke kota dan berdiri di jembatan. Namun dia tidak punya nyali untuk bunuh diri.

“Selama enam minggu terakhir ini, saya merasa dia sedang mempertimbangkan untuk bunuh diri atau awal yang baru,” terang sang ibunda.

“Dia kehabisan energi dan pilihan dan menyadari tingkat kekosongannya. Ronald dan saya tidak akan pernah meninggalkan Alex,” ungkapnya.

Sang ibu menjelaskan bagaimana Alexander telah berjuang dengan ketidakmampuan untuk membedakan fakta dari fiksi yang telah terjadi hingga kehidupan dewasanya.

Dia dideskripsikan sebagai anak yang mudah bergaul, tertarik pada alam dan khususnya pertunjukan panggung The Wind in the Willows yang beresonansi kuat dengannya.

Tetapi ketika dia tumbuh dan bersekolah di sekolah elit independen The Hall, Sekolah Menengah Pertama Cheltenham dan Sekolah Rugby, ibunya melihat dia berubah menjadi remaja bermasalah dengan. Termasuk di masalah keuangan.

 Saat belajar di Universitas Edinburgh, Alexander meminta lebih banyak uang selain tunjangan yang dia terima dari orang tuanya yang kaya raya.

 “Dia pulang dan mulai mencari pekerjaan. Dia memulai pekerjaan di sebuah perusahaan yang menangani perlengkapan mandi organik,” terangnya..

“Dia menjadi semakin tertarik pada bagaimana bisnis harus dijalankan dan mencoba membujuk ayahnya untuk membeli perusahaan tersebut,” lanjutnya.

“Lalu dia tampak kurang tertarik untuk benar-benar bekerja di dalam perusahaan,” tambah sang ibunda melalui pernyataan.

 Dalam waktu yang relatif singkat, Alexander diketahui berhenti bekerja untuk perusahaan perlengkapan mandi dan akhirnya bekerja di bisnis ayahnya selama enam tahun. Dia pun berpindah dari satu departemen ke departemen lain namunj dia dianggap tidak menikmati pekerjaan itu.

Keluarganya mengetahui jika Alexander menggunakan narkoba termasuk kokain saat mengambil gelar MA dalam bisnis dan bekerja di sebuah kafe di London. Di sini, dia memiliki sebuah apartemen mewah di lingkungan kelas atas di Chelsea.

Setelah itu, dia berhenti menghadiri kelas di European Business School. Penyidik polisi secara ekstensif meminta informasi yang dapat membantu mereka menemukan dirinya setelah menghilang.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement