Ayah kandung ARN, Soeminto menjelaskan, anaknya mengaku mendapat perbuatan tidak senonoh setelah pulang dari perantauan.
Saat sampai di rumah, Soeminto awalnya hanya menegur ARN yang tidak mau melanjutkan sekolah, padahal sudah masuk masa ujian. ARN yang biasanya periang tiba-tiba murung dan susah diajak bicara.
"Rasa penasaran dan butuh kejelasan, tak juga saya dapatkan. Hingga pukul 11 malam, putra sulung saya pulang dan langsung saya tekan untuk menceritakan alasan adiknya tak mau kembali sekolah. Akhirnya dengan dibumbui debat keras, putra sulung saya menceritakan bahwa adiknya mengalami depresi akibat perlakuan kepala sekolahnya," ujarnya.
Soeminto pun masuk ke kamar dan meminta ARN menjelaskan ikhwal kejadian itu. Namun bukan kejelasan yang ia dapat, justru ARN tubuhnya menggigil penuh rasa takut sambil menangis.
"Sebagai kepala sekolah, apalagi sekolah berbasis agamis tentu seharusnya amanat dan berakhlak mulia. Bukan malah menjadi predator bagi murid-muridnya,” katanya.
Kasus dugaan pencabulan itu kini masih diselidiki petugas Satreskrim Polrestabes Surabaya dengan memeriksa sejumlah saksi.
(Erha Aprili Ramadhoni)